Nationalgeographic.co.id—Setiap anak kecil di dunia, pastinya miliki mimpi-mimpi besar untuk masa depannya. Dan di setiap mimpi itu, tak sedikit yang membayangkan hal mustahil. Kemustahilan yang sebenarnya tak pernah terbayangkan oleh manusia se-zamannya.
Abu al-Qasim ‘Abbas bin Firnas bin Wardus atau yang dikenal dengan Ibnu Firnas barangkali salah satunya. Seorang anak yang lahir pada abad ke-9 M atau sekitar tahun 810 M, di Ronda, Malaga, Spanyol, bermimpi untuk bisa terbang.
Seorang anak muslim yang cita-citanya banyak ditertawakan oleh manusia se-zamannya. Maklum, Islam jadi kaum awal yang baru berkembang di Andalusia, Spanyol, bekas dari peradaban tua Romawi dengan pengaruh Nasrani-nya.
Ufuk Necat Tasci menulis kepada The New Arab dalam artikelnya berjudul Meet 9th century polymath Abbas ibn Firnas, the first human flying machine (2022), bahwa sejak kecil, Ibnu Firnas adalah seorang prodnose sejati yang biasa membedah benda, seperti mainan, dan merakitnya berulang kali.
Ibnu Firnas remaja adalah seorang pembelajar yang giat, di mana ia menghabiskan waktunya di Emirat Cordova (Kordoba) yang merupakan salah satu pusat pembelajaran utama dan tempat dunia Islam berkembang pesat di Spanyol kala itu.
Tumbuh menjadi seorang yang pandai, tak pelak mendorong Abbas ibn Firnas mempunyai hak istimewa untuk menerima pendidikan komprehensif dalam berbagai disiplin ilmu mulai dari kedokteran dan astrologi.
Menariknya, ia tak begitu terpikat dengan dua disiplin ilmu yang ditawarkan. Baginya, mendalami dunia teknik adalah hal yang menantang. Barangkali, jiwa prodnose sejati telah melekat sejak ia kanak-kanak.
"Dengan perpaduan pendidikan yang intelektual dan futuristik ini, ia mulai bersinar sebagai seorang polimatik, intelektual, insinyur dan penyair," imbuhnya. Lantas, sejak kapan Ibnu Firnas menjadi penyair?
Masa mudanya penuh dengan keindahan. Ia sejak remaja menggilai musik klasik dan menulis puisi-puisi. Bahasanya puitis khas darah muda yang membara dalam jiwanya. Itulah yang mendorongnya menjadi penyair kemudian hari.
Setelah mempelajari dunia keilmuan yang rumit dan kompleks, Ibnu Firnas kembali pada dunia kecilnya. Inner child mengalir deras dalam tubuhnya, bermimpi untuk menjadi manusia terbang yang mungkin jadi hal konyol dan gila di zamannya.
Ezrad Azraai Jamsari yang bersama timnya mengungkap kisah Ibnu Firnas dalam jurnal yang dimuat pada Advances in Natural and Applied Sciences berjudul Ibn Firnas and his contribution to the aviation technology of the world, terbitan tahun 2013.
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR