Meski menganggapnya sebagai lelucon, perompak menyetujuinya. Mereka menunggui penebus Julius untuk menyelamatkannya. Perompak tampak semakin yakin bahwa mereka akan mendapatkan uang tebusan yang lebih besar.
Seminggu sudah berlalu para perompak Kilikia bersama dengan tawanannya yang mereka anggap aneh itu. Tingkahnya tidak biasa, terkesan lucu bagi mereka. Julius terlalu berani dan tak takut mati kalau-kalau para perompak bisa saja membunuhnya.
Misalnya, ketika para perompak itu bergurau hingga menyebabkan kegaduhan di kapal, menjelang malam tiba di saat Julius akan tidur, Julius menegur mereka. Tak jarang juga hingga membentaknya.
Perompak Kilikia sampai terheran-heran. Sekalipun jika ditantang berkelahi, Julius tak pernah gentar sekalipun. Para bajak laut itu menjadi keheranan dengan tawanan mereka yang satu ini. Mereka juga memandang tawanan ini tidak hanya aneh, tapi juga lucu.
Saat hening, pecah kondisi kapal seketika, dikagetkan dengan suara pidato atau puisi. Tak jarang membuat lelucon yang aneh di atas laut. Atau, sering juga Julius membuat jengkel para penawannya itu.
Ketika selesai berpuisi dan berpidato, jika para perompak kebingungan atau malah menertawainya, Julius mencacinya. "Julius mencaci-maki mereka dengan sebutan orang barbar yang tidak berbudaya, jika mereka tidak mengapresiasinya," imbuh Khalid.
Kondisi serba aneh selalu meliputi kapal perompak itu. Sudah hampir dua minggu mereka terapung menunggu uang tebusan, semakin hari, semakin aneh saja gelagat dari Julius. Perompak merasa bahwa mereka menawan seseorang yang tak biasa.
Bahkan, sebelum datang penebusnya, Julius berjanji akan kembali kepada perompak itu untuk menyalib mereka semua. Omongannya itu membuat perompak semakin memandang Julius orang yang aneh, dan beberapa perompak menertawakan itu sebagai lelucon.
Akhirnya, setelah 38 hari ditawan di atas kapal bersama perompak itu, penebus Julius akhirnya datang juga dengan membawa uang tebusan sebesar yang mereka sepakati, 50 tálanton. Uang yang membuat perompak puas.
Segera setelah dibebaskan, dia bergegas menuju Miletus, di pantai barat Asia Kecil. Meskipun dia tidak memiliki otoritas resmi apa pun kala itu, tapi dia sudah memikirkan lama untuk membentuk pasukan angkatan laut ad hoc.
Source | : | History Collection |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR