Sepeninggal Pericles, Aspasia terus tinggal di Athena. Namun nampaknya setelah kematian pasangannya, dia semakin menjauh dari pusat kekuasaan.
Pengetahuan kita tentang kehidupannya di kemudian hari sama tidak pasti dan kaburnya dengan pengetahuan yang kita miliki tentang kehidupan awalnya.
Kemungkinan besar dia meninggal sekitar tahun 401 SM, beberapa tahun sebelum kematian Socrates.
Aspasia, Ahli Retorika di Sejarah Yunani kuno
Aspasia terkenal terutama sebagai ahli retorika. Menurut Aristoteles, retorika adalah seni untuk mendengar melalui penggunaan logika, etika dan emosi.
Menurut tradisi, Aspasia adalah seorang pembicara yang sangat persuasif sehingga dia mengajari Pericles, jenderal militer yang hebat.
Kemudian Socrates sang filsuf besar, cara berbicara secara persuasif hingga memenangkan hati orang lain.
Dalam dialog Plato yang disebut Menexenus, Socrates berkata, 'Saya kebetulan tidak punya guru pidato yang kejam' — dan guru itu adalah Aspasia.
Socrates adalah seorang filsuf moral. Dia tidak tertarik pada matematika atau sains tetapi peduli dengan kualitas jiwanya dan kualitas orang lain.
Filsafat Socrates mengkaji bagaimana kita seharusnya hidup. Hal ini membawanya pada diskusi tentang berbagai kebajikan, seperti kebijaksanaan, keadilan, keberanian dan kesalehan.
Beliau mengajarkan bahwa manusia hendaknya tidak terlalu memedulikan tubuh dan harta benda mereka.
Namun lebih memperhatikan jiwa mereka, dengan mengatakan, “kekayaan tidak mendatangkan kebaikan, tetapi kebaikan mendatangkan kekayaan.”
Karena itu, dia yakin dia melayani kota Athena dan warganya dengan menyoroti pemikiran mereka yang salah.
Di Yunani Kuno, gagasan retorika selalu dicurigai. Apalagi ahli retorika perempuan. Argumen yang menentang retorika adalah bahwa jika kita cukup terampil, kita dapat meyakinkan orang tentang apa pun—baik itu benar atau tidak—sehingga retorika merupakan alat yang ambivalen. Anggapan paling buruk, retorika merupakan ancaman nyata terhadap perdebatan yang masuk akal.
Namun argumen tandingannya, yang juga dibuat oleh Aristoteles adalah retorika merupakan keterampilan penting, yang melengkapi pencarian kita akan kebenaran.
Jika Anda mengetahui sesuatu itu benar, tetapi tidak mampu meyakinkan orang lain, maka pengetahuan ini sulit digunakan.
Dalam pandangan kedua ini, retorika penting dalam penalaran dan perdebatan publik. Kebenaran tidak ada gunanya jika kita tidak dapat meyakinkan siapa pun tentang kebenaran tersebut.
Jika Aspasia memang guru retorika Socrates, jelas bahwa dia berhasil. Dialog Plato memberikan banyak bukti tentang gaya debat dan argumentasi Socrates yang sangat persuasif.
Namun kisah Aspasia di sejarah Yunani kuno juga mengingatkan kita akan peran perempuan yang seringkali tersembunyi dalam tradisi filosofis dunia.
Kesulitan besar yang kita hadapi dalam meluruskan kisahnya adalah konsekuensi dari suara perempuan yang sering terdistorsi dan dikucilkan dari tradisi.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR