Ricci meninggal pada tanggal 11 Mei 1610, dalam usia 57 tahun. Berdasarkan hukum Dinasti Ming, orang asing yang meninggal di Kekaisaran Tiongkok harus dimakamkan di Macao. Akan tetapi, Diego de Pantoja (seorang misionaris Jesuit Spanyol) mengajukan tuntutan terhadap Kaisar Wanli agar Ricci harus dimakamkan di Beijing.
Atas kontribusinya terhadap Kekaisaran Tiongkok, Kaisar Wanli mengabulkan permintaan ini. Dan, tempat peristirahatan terakhir Ricci masih di Beijing hingga kini.
Permaisuri Ma Xiaocigao
Tokoh penting lainnya pada tahun-tahun awal Dinasti Ming adalah Permaisuri Xiaocigao. Ia merupakan permaisuri Dinasti Ming, menikah dengan Kaisar Hongwu.
Yang menarik dari dirinya adalah ia dilahirkan dalam keluarga miskin. Sang permaisuri bukan anggota keluarga bangsawan. Ia dilahirkan dengan nama sederhana Ma, pada tanggal 18 Juli 1332 di Suzhou, Tiongkok Timur.
Karena bukan dari kalangan bangsawan, dia tidak memiliki kaki terikat seperti kebanyakan wanita Tionghoa kelas atas pada saat itu. Satu-satunya hal yang kita ketahui tentang kehidupan awal Ma adalah ibunya meninggal ketika dia masih kecil. Dia melarikan diri bersama ayahnya ke Dingyuan setelah ayahnya melakukan pembunuhan.
Selama masa jabatan mereka di Dingyuan, ayah Ma berteman dengan pendiri Tentara Turban Merah, Guo Zixing. Organisasi itu memiliki pengaruh di istana. Dia mengadopsi Ma setelah ayahnya meninggal dan menikahkannya dengan salah satu perwiranya bernama Zhu Yuanzhang. Perwira itu kelak menjadi Kaisar Hongwu.
Ketika Zhu menjadi kaisar pada tahun 1368, dia mengangkat Ma sebagai permaisurinya. Namun meskipun status sosialnya meningkat, ia tetap rendah hati dan adil, meneruskan pendidikan. Meski begitu, dia tidak lemah atau bodoh.
Permaisuri Ma adalah penasihat politik utama suaminya dan juga memegang kendali atas dokumen negara. Bahkan dikabarkan bahwa dia kadang-kadang melarang suaminya bertindak kurang ajar. Seperti ketika dia bersiap untuk mengeksekusi seorang akademisi bernama Song Lian.
Permaisuri Ma juga menyadari ketidakadilan sosial dan merasakan simpati yang mendalam terhadap rakyat jelata. Dia mendorong pengurangan pajak dan berkampanye untuk mengurangi beban beban kerja yang berat.
Ia juga mendorong suaminya untuk membangun lumbung di Nanjing. Tujuannya adalah menyediakan makanan bagi para pelajar dan keluarganya yang belajar di kota tersebut.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR