Nationalgeographic.co.id - Syekh Abdullah Mudzakir menetap di Dusun Tambaksari, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Demak, Jawa Tengah pada 1900. Kiai tersebut dikenal sebagai penyiar agama Islam di Demak, yang mewariskan ilmunya kepada para kiai muda.
Setelah bertahun-tahun menjadi pemuka agama, Syekh Mudzakir wafat di usia 81 tahun pada 1950. Dia dimakamkan di Dusun Tambaksari dan menjadi simbol berkah bagi warga setempat.
Menurut penduduk setempat, penamaan Desa Bedono masih berhubungan dengan sejarah Syekh Mudzakir. Secara harfiah, Bedono berasal dari kata ambet yang berarti aroma dan ono yang berarti ada. Keberadaan kiai itu meninggalkan aroma yang membuat kawasan yang gersang menjadi subur untuk dihuni.
Meski telah wafat, kehadiran Syekh Mudzakir punya dampak besar dan masih terasa hari ini. Salah satunya, menginspirasi masyarakat untuk beradaptasi dengan kenaikan muka laut yang terus menenggelamkan desa.
"Di Desa Bedono, khususnya di Tambaksari ini punya langkah adaptasi yang menarik," terang Siti Aliyuna Pratisti, peneliti alumni Kajian Lintas Agama (ICRS), Universitas Gadjah Mada.
"Awalnya tidak ada yang menarik perhatian untuk ke makam Kiai Muzakir. Secara komunitas, hanya warga desa saja yang tahu profil pemuka agama ini," lanjut Aliyuna. "Kalaupun ada yang datang, ketika haul saja dari santri-santri dari Semarang misalnya, karena awalnya tidak jadi pusat destinasi ziarah."
Dalam penelitian bertajuk "Dimensi Keagamaan Dalam Migrasi Lingkungan: Studi Kasus Dua Komunitas Muslim di Pesisir Utara Jawa" di jurnal Masyarakat dan Budaya, Aliyuna mengungkapkan dimensi keagamaan sangat kuat bagi warga Dusun Tambaksari. Penelitian ini merupakan bagian dari disertasinya.
Lebih lanjut, dimensi keagamaan dengan ketokohan Syekh Mudzakir, menjadi alasan warga setempat tetap bertahan. Air laut yang terus masuk ke kawasan penduduk dan mulai menggenangi sekitar kawasan makam Syekh Mudzakir, membuat warga beradaptasi.
Kisah Abrasi Bedono
Kehidupan Desa Bedono mulai menggeliat pada dekade 1930-an. Sejarah mencatat bahwa kolonialisme Belanda sudah memetakan Desa Bedono yang dikenal sebagai daerah paling subur di wilayah Demak. Desa itu awalnya adalah penghasil bahan makanan pokok.
Seperti kawasan pesisir utara Jawa lainnya, tanah Bedono cenderung aluvial. Kegemburan tanahnya membuat pertumbuhan pertanian meningkat antara dekade 1960 hingga 1980-an.
Baca Juga: Kenaikan Muka Laut Pesisir Utara Jawa, Agama Jadi Landasan Adaptasi Warga Desa Pantai Bahagia
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR