Nationalgeographic.co.id–Teluk Cenderawasih adalah rumah bagi hiu paus (Rhincodon typus) di sekitar Papua. Ekosistem perairannya sangat asri, ada banyak jenis ikan kecil dan biota mikroskopis lainnya.
Ketika mendapati tempat yang kaya akan sumber makanannya, hiu paus langsung membuka lebar-lebar mulutnya sehingga air yang berisi ikan kecil dan plankton terisap ke dalam.
Keasrian inlah yang mungkin mendorong populasi Teluk Cenderawasih bertambah, dalam pemantauan yang dilakukan PT. Pertamina Internasional Shipping (PIS) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Populasi awal hiu paus berjumlah 195 ekor. Sejak dipantau per Mei 2024, jumlahnya menjadi 203 ekor.
Meski merupakan jenis hiu, hiu paus tidak memangsa manusia. Keramahan mereka terhadap kita, membuatnya bersahabat untuk didekati. Pihak Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih pun mengizinkan kegiatan ekowisata di sini.
Oleh masyarakat di sekitar Teluk Cenderawasih, hiu paus disebut gurano babintang atau gurano bintang. Secara harfiah, gurano adalah makhluk yang biasanya merujuk pada ikan hiu, dan babintang merujuk pada kulit totol putihnya serupa bintang di langit malam.
"Masyarakat di sini itu tidak macam-macam sama hiu paus," kata Frans Kusi Sineri, Kepala Bagian III Balai Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNC). "Kalau bertemu dia [hiu paus], orang lebih memilih menghindar. Kalau diburu, nanti [diyakini] bisa bawa sial."
Selain itu, keberadaan hiu paus terjamin di wilayah Teluk Cenderawasih. Masyarakat lebih memilih untuk membiarkan hiu paus, alih-alih ditangkap.
"Kebanyakan mereka cari ikan itu untuk makan di rumah, bukan dijual. Cari ikan hanya pakai tali pancing, tidak sampai pakai perahu jauh-jauh," kata Markus Apaseray, Polisi Hutan TNTC. "Di [kampung sebelah,] Kwatisore, paling hanya tiga atau empat keluarga saja yang melaut."
Kebanyakan aktivitas nelayan justru dari pendatang dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Meski demikian, karena hiu paus ditetapkan sebagai hewan yang dilindungi berdasarkan KEPMEN-KP No. 18 tahun 2013, nelayan pun tetap menjaga keberadaan hiu paus.
Para nelayan ini kebanyakan tinggal di bagan, pangkalan penangkapan ikan di tengah laut. Di bagan ini, nelayan biasanya menjaring ikan-ikan kecil dengan jaring yang bisa terangkat ke permukaan bagan. Tidak jarang hiu paus muncul untuk ikut ambil makan.
Sebagai solusi penengah antara kebutuhan nelayan dan konservasi, kegiatan ekowisata biasa dilakukan di bagan. Para pengunjung akan dikenakan biaya untuk masuk ke bagan sebagai penghasilan tambahan nelayan, yang sekaligus mendorong semangat untuk melestarikan keberadaan hiu paus.
Baca Juga: Memantau Migrasi Hiu Paus di Teluk Cenderawasih Tanpa Menyakitinya
Pengawalan Konservasi Hiu Paus yang Masih Berlanjut
Ada 203 individu hiu paus yang ditemukan di sekitar perairan Teluk Cenderawasih, berdasarkan pemantauan yang dilakukan PT. Pertamina International Shipping (PIS) bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Jumlah ini bertambah delapan ekor dari sebelumnya yang diketahui.
"Tentunya ini merupakan kabar gembira dari upaya baik yang telah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir ,dan bukti nyata komitmen perusahaan dalam mendukung keberlanjutan ekosistem laut, khususnya di kawasan perairan Indonesia Timur," kata Muhammad Aryomekka Firdaus, Corporate Secretary PIS pada Kamis, 6 Juni 2024 di Resort Sowa Beach, Kabupaten Nabire, Papua Tengah.
Hanya saja, hiu paus di Teluk Cenderawasih masih menyimpan misteri. Bertambahnya populasi hiu paus ini belum dibarengi dengan lokasi perkembangbiakannya. Oleh karena itu PT. Pertamina International Shipping, melalui kerja sama dengan KLHK, juga bermaksud untuk turut serta dalam pengetahuan tentang hiu paus.
Berbagai upaya yang dilakukan dalam kerja sama PIS dan KLHK antara lain pelatihan dan pemasangan label GPS pada hiu paus, pengembangan Whale Shark Center sebagai pusat penelitian hiu paus kelas dunia, dan pemberdayaan masyarakat setempat.
PIS, sebagai anak perusahaan PT. Pertamina (Persero) yang mengurus logistik kelautan terintegrasi, beraktivitas di sekitar perairan Pulau Papua. Dengan demikian, PIS berkomitmen untuk mengambil peran dalam perlindungan dan pengembangan pengetahuan tentang hiu paus di Teluk Cenderawasih.
"Upaya ini adalah komitmen PIS untuk mendukung program SDG (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan). Kami mengambil peran terutama pada poin SDG tentang life below water. Dari semua komitmen SDG, hanya sedikit yang berinvestasi pada poin ini," kata Aryo. "Kami merasa kami harus ambil peran pada poin ini."
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR