Pada tahun 117 M, Kekaisaran telah berkembang hingga ke Inggris. Ekspansi ini menghasilkan budak dan harta yang tak terhitung bagi Kekaisaran Romawi. Pada sekitar waktu ini, Kekaisaran Romawi juga menikmati masa tenang di era kepemimpinan “Lima Kaisar yang Baik”.
Namun tahun-tahun emas “Pax Romana” ini berakhir pada tahun 180 M, dengan naiknya Commodus yang diktator sebagai kaisar. Kejatuhan Kekaisaran Romawi bisa dikatakan dimulai pada abad berikutnya, ketika kekaisaran mulai menghadapi masalah politik dan ekonomi yang serius.
Kekaisaran ini mulai bertransformasi, tulis sejarawan Cassius Dio, “dari kerajaan emas menjadi kerajaan besi dan karat.”
Awal kejatuhan Kekaisaran Romawi pada abad kedua dan ketiga
Mengapa Kekaisaran Romawi jatuh? Runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat disebabkan oleh sejumlah faktor, yang banyak di antaranya terjadi pada abad kedua dan ketiga Masehi.
Setelah pembunuhan Commodus pada tahun 192 M, ketidakstabilan politik melanda Kekaisaran Romawi. “Tahun Lima Kaisar” menjadi saksi lima tokoh yang mengeklaim takhta, pembunuhan, dan perang saudara.
Selama 75 tahun pada abad kedua dan ketiga, lebih dari 20 kaisar memerintah Kekaisaran Romawi. Dan sebagian besar kaisar menghadapi kematian yang menyedihkan.
Ekspansi, yang pernah menjadi kebanggaan kekaisaran Romawi, juga menjadi beban. Kemajuan Romawi yang pesat telah menghasilkan kekayaan dan kerja paksa bagi kekaisaran. Namun berakhirnya ekspansi berarti hilangnya sumber daya tersebut.
Ekspansi juga berarti bahwa Romawi mempunyai lebih banyak wilayah untuk dipertahankan. Maka kekaisaran pun terpaksa mengarahkan lebih banyak dananya untuk pemeliharaan militer. Ditambah lagi, Kekaisaran Romawi yang luas hampir mustahil untuk diperintah.
Kaisar Diocletian merancang solusi terhadap masalah ini ketika ia membagi kekaisaran Romawi menjadi timur dan barat sekitar tahun 285. Kekaisaran Romawi Barat berkedudukan di Roma. Sedangkan Kekaisaran Romawi Timur berpusat di Konstantinopel.
Pada saat itu, kedua kekuasaan tersebut disebut sebagai “Kekaisaran Romawi”. Bangsa Romawi tidak akan menggunakan istilah “Kekaisaran Romawi Barat” atau “Kekaisaran Romawi Timur”. Untuk sementara waktu, solusi ini tampaknya berhasil. “Wilayah Kekaisaran Romawi yang luas menjadi lebih mudah dikelola,” tambah Fraga.
Namun seiring berjalannya waktu, Kekaisaran Romawi Barat dan Timur mulai terpecah. Kekaisaran Timur menggunakan bahasa Yunani sebagai bahasa resminya dan berkembang. Sementara kekaisaran berbahasa Latin terus perlahan-lahan runtuh. Dan tantangan yang dihadapi Kekaisaran Romawi Barat semakin meningkat pada abad keempat dan kelima.
Source | : | All Thats Interesting |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR