Mereka mengatakan bahwa mengenakan “sabuk kulit unicorn” akan melindungi seseorang dari wabah dan demam. Tulisan tersebut juga menyatakan bahwa “sepatu kulit unicorn” mengusir penyakit dari kaki.
Banyak penulis Abad Pertengahan yang ternama mendedikasikan seluruh karya mereka untuk membahas khasiat obat dari tanduk unicorn. Termasuk The Treaty of the Unicorn karya Andrea Bacci tahun 1573.
Tanduk unicorn sebagai antiracun
Unicorn memiliki hubungan simbolis dengan kesucian dan kekuatan ilahi. Di kalangan kerajaan, tanduk unicorn dianggap sebagai relik yang sangat sakral. Tanduk tersebut biasanya dipasang di alas perak dan dipersembahkan sebagai piala.
Dokter Ambroise Pare menjelaskan bahwa tanduk unicorn digunakan di istana Prancis untuk mendeteksi keberadaan racun dalam makanan dan minuman. Dikatakan bahwa jika tanduk memanas dan mulai berasap, maka hidangan tersebut telah diracuni.
Rumah tangga kerajaan membuat tongkat kerajaan dan benda-benda suci lainnya dari tanduk unicorn. Misalnya tongkat kerajaan dan mahkota kekaisaran Austria serta sarung dan gagang pedang Charles the Bold.
Sebuah tanduk unicorn langka diberikan kepada Charlemagne dari Khalifah Baghdad, Harun al-Rashid, pada tahun 807.
Mungkin penggunaan tanduk unicorn yang paling spektakuler di kalangan bangsawan ditemukan di kursi takhta Denmark. Menurut legenda, kursi takhta tersebut terbuat dari tanduk unicorn. Namun pada kenyataannya, tanduk tersebut terbuat dari gading narwhal Norwegia.
Dari asal muasalnya yang mistis di India, tempat para pangeran menggunakannya untuk penyembuhan, tanduk unicorn bertahan lama. Jika bukan karena narwhal, kita mungkin masih menggunakannya hingga saat ini.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR