Cerita Ulysses berlangsung selama satu hari di Dublin, mengikuti kehidupan tiga karakter.
Sebagai penghormatan kepada The Odyssey, novel ini disusun dalam episode-episode, masing-masing dinamai berdasarkan momen penting dalam epik Homer, dengan judul-judul seperti “Calypso,” “Lotus Eaters,” “Cyclops,” “Circe,” “Penelope,” dan “Ithaca,” di antara lainnya.
Joyce dengan terampil menggambarkan persamaan metaforis antara karakternya dan karakter dari The Odyssey, serta berbagai peristiwa penting.
Tokoh utamanya, Leopold Bloom, adalah versi modern dari Odysseus, sementara istrinya, Molly Bloom, mencerminkan Penelope.
Gambaran ini disempurnakan oleh Stephen Dedalus, yang merupakan rekan dari putra Odysseus, Telemachus.
Seperti banyak karya Joyce lainnya, Ulysses mengeksplorasi tema-tema nasionalisme Irlandia dan hubungan yang rumit dengan pemerintahan Inggris. Memadukan politik dengan mitos kuno.
Sintesis ini menjadikan novel Joyce sebagai karya seni yang bersifat pribadi dan universal.
2. Frankenstein, karya Mary Shelley
Judul lengkap novel Mary Shelley tahun 1818, Frankenstein atau The Modern Prometheus yang mirip dengan mitologi Yunani, bukanlah kebetulan.
Shelley terinspirasi dari tokoh Prometheus dalam Prometheus Bound karya Aeschylus dan Metamorphosis karya Ovid. Dalam Frankenstein, ia membayangkan kembali mitos kuno ini melalui sudut pandang Gothic era Victoria.
Frankenstein berpusat pada Victor Frankenstein, seorang ilmuwan muda yang bersemangat dan kekanak-kanakan yang membawa makhluk cerdas ke laboratoriumnya.
Tindakan inovatif untuk menciptakan kehidupan dari ketiadaan ini mencerminkan mitos Prometheus. Menentang para dewa Olimpiade dengan mencuri api untuk diberikan kepada manusia, sehingga memberi mereka kekuatan untuk membangun peradaban.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR