Keputusan berani ini didasarkan pada hasil survei awal yang menunjukkan keberadaan populasi tarsius yang cukup sehat di kawasan tersebut.
Sebuah bab baru dalam upaya pelestarian tarsius di Gunung Matutum kemudian ditulis oleh organisasi non-pemerintah Endangered Species International (ESI).
Selama periode September 2023 hingga Juni 2024, ESI melakukan inventarisasi populasi tarsius secara intensif. Selama 54 hari, para peneliti menjelajahi area seluas 815 hektar yang mencakup sebagian besar Suaka Tarsius (509 hektar) dan wilayah sekitarnya (209 hektar).
Survei mendalam ini bertujuan untuk memperoleh data terkini mengenai populasi tarsius, persebaran, serta ancaman yang dihadapi oleh spesies mungil ini.
Hasil survei tersebut mengungkap fakta mengejutkan mengenai populasi tarsius Filipina di Suaka Tarsius, Gunung Matutum. Studi ini mengungkapkan penurunan drastis jumlah individu tarsius hingga sekitar 50% dibandingkan dengan survei awal yang dilakukan pada tahun 2012/2013.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi, para peneliti tidak menemukan satupun bayi tarsius selama periode pengamatan terbaru, sebuah indikasi kuat bahwa populasi tarsius di kawasan ini sedang mengalami krisis reproduksi.
Jika pada survei 2012/2013 para peneliti berhasil mencatat 33 individu tarsius dalam kurun waktu 54 hari, maka pada survei terbaru ini, jumlah tersebut menyusut drastis menjadi hanya 5 individu.
Perbandingan ini menunjukkan penurunan populasi yang sangat signifikan dan mengisyaratkan adanya ancaman serius yang mengintai keberadaan tarsius di habitat alaminya.
Oleh karena itulah dibandingkan dengan survei awal tahun 2012/2013 yang hanya dilakukan di dalam Suaka Tarsius, survei terbaru mencakup area yang lebih luas.
Melalui cara ini, para konservasionis yang menemukan lebih sedikit tarsius di dalam suaka, berharap dapat melihat apakah mereka dapat menemukan lebih banyak di luar batas suaka.
Sayangnya, upaya untuk menemukan populasi tarsius di luar batas suaka juga tidak membuahkan hasil yang signifikan.
Baca Juga: Penemuan Dua Spesies Baru Tarsius di Sulawesi
KOMENTAR