Demikian pula, sumber-sumber lain menyebutkan bahwa Aether adalah makhluk pertama yang muncul saat alam semesta diciptakan. Dalam kosmologi ini, Aether adalah induk dari dewa-dewa awal yang mewakili Bumi (Gaia), Laut (Thalassa), dan Langit (Uranus).
Aether dan Kepercayaa Orphisme
Naskah Orphic kuno berbeda secara signifikan dari silsilah Hesiod. Orphisme merupakan aliran kepercayaan mistis yang berkembang sekitar abad ke-6 SM yang didasarkan pada sosok Orpheus, seorang penyair, musisi, dan pahlawan Yunani Kuno. Dalam naskah tersebut Aether digambarkan sebagai putra dewa waktu, Chronus, dan dewi keniscayaan, Ananke.
"Orphisme muncul pada abad ke-5 atau ke-6 SM, periode yang sama ketika Hesiod diyakini menulis Theogony," ungkap Rachel Lockett dalam Aether: Primordial God of the Bright Upper Sky, sebagaimana dimuat History Cooperative.
"Masyarakat pada waktu itu yang membaca naskah Orphic tentang mitos penciptaan dan silsilah para dewa percaya bahwa Orpheus telah melakukan perjalanan ke Dunia Bawah dan kembali lagi ke bumi," jelasnya.
Dalam setiap sumber Orphic, Aether menjadi salah satu kekuatan pertama yang muncul ketika dunia baru diciptakan. Aether kemudian menjadi kekuatan yang membentuk telur kosmik dengan dirinya sendiri berada di dalamnya.
Ananke dan Chronus kemudian berubah menjadi bentuk ular dan melingkari telur itu. Mereka melilitkan diri sangat kencang hingga telur itu pecah menjadi dua bagian. Serpihan pecahan itu kemudian meyusun dirinya kembali, serpihan yang lebih ringan dan halus menjadi Aether (udara) dan Chaos (kekosongan) yang jernih. Sementara yang berat menggumpal membentuk Bumi.
Dalam teogoni Orphic, telur kosmik yang terbuat dari Aether menggantikan Chaos sebagai sumber penciptaan. Sebaliknya, hermafrodit awal bernama Phanes atau Protogonus menetas dari telur yang bersinar. Dari makhluk inilah semua dewa lainnya kemudian diciptakan.
Teogoni Orphic
Ada beberapa teks Orphic yang masih ada (Papirus Derveni, Himne Orphic, Theogony Heironyman, dan Theogony Rhapsodic) menyebutkan bahwa Aether merupakan dewa udara atas yang murni.
Baca Juga: Hemera: Dewi Yunani Kuno yang Berevolusi Bersama Fajar Menyinsing
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR