Kecepatan itu membuat awak kapal kelelahan. Namun kemudian seorang pengintai melihat kawanan paus sperma pada pagi hari tanggal 20 November. Para pelaut menurunkan kapal dan mengendalikan kapal pemburu paus untuk mengejar.
Tim Chase menombak seekor paus di awal, tetapi paus itu mengibaskan ekornya ke perahu. Para awak pun mundur ke Essex. Di sana, Chase mengamati paus spermaceti yang sangat besar.
Paus sperma itu dengan cepat mendekati dan kemudian menabrak kapal. Guncangan yang mengerikan dan dahsyat itu membuat Essex bergetar seperti menabrak batu raksasa.
Paus itu mengejang di permukaan ombak sejenak sebelum menyerang lagi. “Ia muncul dengan amarah dan dendam sepuluh kali lipat,” tulis Chase.
Paus yang murka itu membenturkan kepalanya ke haluan, memecahkan lambung kapal sepenuhnya sebelum berenang menjauh. Awak kapal menuju perahu paus yang tersisa.
Dan bersama dengan mereka yang belum kembali ke Essex, awak menghabiskan beberapa hari berikutnya untuk menyelamatkan perbekalan. Mereka memasang layar baru pada perahu kecil itu dan berdebat ke mana harus berlayar untuk menyelamatkan diri. Mereka akhirnya memutuskan untuk berlayar sejauh 3.200 km laut ke pantai Amerika Selatan, menghindari pulau-pulau yang lebih dekat.
“Semua penderitaan orang-orang malang ini mungkindapat dihindari jika mereka segera setelah meninggalkan bangkai kapal, langsung menuju Tahiti. Tempat tersebut tidak terlalu jauh dari mereka saat itu. Namun mereka takut pada kanibal” tulis Melville dalam salinan Chase’s Narrative miliknya. Kejadian itu kemudian mengilhaminya untuk menceritakan kisah perburuan paus yang tragis miliknya sendiri.
Ironisnya dan tragisnya, para awak kapal akhirnya menyerah pada kanibalisme selama beberapa bulan berikutnya. Saat mereka terombang-ambing di laut dan mendarat di pulau-pulau terpencil, para anggota pelayaran terpisah satu sama lain. Mereka meninggal karena kelaparan, dehidrasi, dan penyakit.
Awalnya, para pelaut hanya memakan rekan-rekan yang meninggal secara wajar. Kemudian, pada tanggal 1 Februari 1821, para penyintas pun mulai mengundi. Tujuannya untuk menentukan siapa yang akan dikorbankan untuk memberi makan yang lain.
“Korban yang malang itu tunduk pada eksekusinya dengan ketabahan dan kepasrahan yang besar,” tulis Chase kemudian.
Akhir bulan itu, sebuah kapal Inggris menjemput orang-orang yang tersisa dalam kelompok Chase. Mereka sangat lemah sehingga harus diangkat ke atas kapal. Kapal kapten diselamatkan pada pertengahan Maret—117 hari setelah tenggelam. Dari 20 atau 21 pemburu paus yang meninggalkan Nantucket di Essex, hanya 8 yang selamat.
Chase kembali ke keluarganya. Keluarganya pasrah bahwa Chase menghilang di lautan dan tidak akan kembali.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR