Namun, kemudian dilampaui oleh kuil-kuil lain yang lebih megah, seperti Kuil Artemis di Ephesus, Kuil Hera di Samos, kuil lain untuk Zeus Olympian di Akragas (sekarang Agrigento), dan Kuil Apollo di Didyma.
Kuil Artemis di Ephesus terletak di pantai barat Asia Kecil (sekarang Turki) dan dibangun pada abad ke-6 SM. Meskipun dihancurkan oleh kebakaran yang disengaja pada abad ke-4 SM, kuil ini kemudian dibangun kembali.
Sejarawan Romawi Pliny the Elder mencatat bahwa pembangunan ulang diawasi oleh arsitek ternama, Chersiphron dari Knossos.
Dalam karyanya Natural History, Pliny menulis bahwa kuil ini memiliki panjang 129,5 meter dan lebar 68,6 meter, lebih besar daripada Kuil Zeus Olympian dan hampir dua kali ukuran Parthenon.
Namun, kuil ini rusak untuk terakhir kalinya akibat serangan massa Kristen, sehingga kini hanya tersisa fondasi dan satu kolom tunggal.
Tingkat kerusakan dan waktu rusak pastinya tidak diketahui. Kuil tersebut kemungkinan tetap terbengkalai hingga resmi ditutup selama masa penganiayaan terhadap kaum pagan pada akhir Kekaisaran Romawi, seperti yang dicatat oleh Ammonius dari Alexandria.
Penutupan ini mungkin terjadi sekitar tahun 407 M atau pertengahan abad ke-5. Nama Artemis pun tampaknya dihapus dari prasasti di seluruh Ephesus setelah konversi kota tersebut ke agama Kristen.
Cyril dari Alexandria menyebut kehancuran kuil ini disebabkan oleh Uskup Agung Konstantinopel, John Chrysostom, yang ia sebut sebagai “penghancur setan dan penumbang kuil Artemis”.
Proclus, Uskup Agung Konstantinopel berikutnya, memuji pencapaian John dengan mengatakan, “Di Ephesus, ia merampas seni Midas,” meskipun sedikit bukti mendukung klaim ini.
Kuil Hera di Samos
Kuil Hera di Samos diyakini sebagai kuil yang tertua di antara kuil-kuil besar lainnya. Kuil ini diperkirakan didirikan pada abad ke-8 SM.
Baca Juga: Solon: Pembuat Undang-Undang Yunani Kuno dan Peletak Dasar Demokrasi
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR