Reformasi awal oleh Draco, diikuti oleh perubahan signifikan yang dipelopori Solon, mengarah pada pembentukan Ecclesia, sebuah Majelis yang menjadi inti lembaga demokrasi Athena. Namun, demokrasi Athena benar-benar terbentuk di bawah kepemimpinan Cleisthenes, yang mendirikan Dewan Lima Ratus sebagai bagian dari sistem pemerintahan yang lebih inklusif.
"Pada masa Pericles, demokrasi Athena mencapai puncaknya dengan memperluas partisipasi politik ke lebih banyak warga laki-laki," lanjutnya.
Sistem ini adalah demokrasi langsung, di mana setiap warga laki-laki memiliki hak untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan di Majelis, memengaruhi kebijakan di Dewan, dan bahkan menjabat dalam jabatan publik melalui proses undian.
Meski demikian, demokrasi ini memiliki batasan yang signifikan. Perempuan, non-warga negara, dan budak dikecualikan, sehingga hanya sebagian kecil dari warga laki-laki kaya yang dapat menikmati partisipasi penuh.
Demokrasi Athena sangat bergantung pada perbudakan sebagai fondasi ekonominya, yang menjadikannya berbeda jauh dari konsep hak pilih universal dalam demokrasi modern. Struktur ini mencerminkan ketimpangan yang tajam antara idealisme demokrasi dan realitas sosial pada masa itu.
Demokrasi Yunani
Pemikiran para filsuf besar Yunani kuno memberikan pengaruh mendalam terhadap seni pemerintahan, termasuk demokrasi. Tokoh-tokoh seperti Socrates dan Plato mengungkapkan keraguan mereka terhadap konsep dan praktik demokrasi.
"Mereka menyoroti potensi bahaya dari kekuasaan mayoritas yang bisa berubah menjadi tirani massa, serta risiko manipulasi oleh demagog yang mampu memengaruhi opini publik," kata Kabir.
Socrates, yang dikenal sebagai pemikir yang kontroversial dan penuh teka-teki, tidak pernah menulis ide-idenya sendiri, tetapi pemikirannya terdokumentasi dalam dialog-dialog Plato.
Dalam The Republic, Plato menyajikan kritik tajam terhadap demokrasi, menyoroti kelemahannya yang memungkinkan orang-orang tanpa keahlian atau pengetahuan yang memadai membuat keputusan penting bagi pemerintahan.
"Kritik ini mencerminkan keprihatinan mendalam atas ketidakteraturan dalam sistem yang berbasis pada suara mayoritas," jelasnya.
Baca Juga: Thrasybulus, Jenderal Yunani Kuno yang Memulihkan Demokrasi Athena
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR