Di balik geliat pariwisatanya, masyarakat sadar bahwa jagat Malaumkarta harus tetap terpelihara. Suku Moi yang bermukim di Malaumkarta terus menerapkan nilai-nilai leluhur untuk menjaga keseimbangan alam.
Karenanya, mereka masih senantiasa menerapkan tradisi egek bagi kawasan perairan di sekitar Malaumkarta.
Seperti sasi bagi masyarakat Maluku dan Papua, tradisi egek merupakan kearifan pengelolaan sumber daya alam dengan memberikan batasan, baik dari segi luas wilayah, jenis spesies, dan waktu tertentu dengan tujuan untuk menjaga kelestarian sumber daya alam. Egek dijalankan oleh dewan adat dan gereja yang berasal dari masyarakat Malaumkarta.
Masyarakat lain ikut mengelola kawasan konservasi perairan secara adat. Perairan di sekitar Malaumkarta dibagi menjadi beberapa zona, yaitu zona egek, zona tabung ikan, dan zona keramat.
Sumber daya perairan di zona egek dan zona tabung ikan masih bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dengan mempertimbangkan batasan tertentu, sedangkan perairan di zona keramat sama sekali tidak boleh terintervensi oleh tangan manusia.
Melihat semangat konservasi yang dilakukan oleh masyarakat Malaumkarta, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) memberikan pendampingan melalui program Pendanaan Berkelanjutan untuk Penguatan Penghidupan Masyarakat.
Baca Juga: Diperdebatkan Sejarawan, Berapa Angka Harapan Hidup Orang Yunani Kuno?
Melalui program ini, masyarakat didampingi untuk mengelola sumber daya alam setempat secara berkelanjutan agar memberi manfaat ekonomi, serta melibatkan generasi muda dalam upaya konservasi melalui Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).
Melalui PLH, misalnya, anak-anak muda diedukasi mengenai kegiatan konservasi dan pentingnya menjaga alam dengan metode yang mudah dipahami.
Pelajaran-pelajaran tersebut dilakukan melalui kesenian, seperti menyanyikan lagu terkait kelestarian alam, atau melalui buku-buku bergambar. Anak-anak inilah yang kelak meneruskan tongkat estafet akan kelestarian Malaumkarta.
Pada akhirnya, Malaumkarta tidak hanya bicara soal wisata dan rekreasi, tetapi juga beririsan dengan keseimbangan alam yang perlu dijaga agar keberlanjutan dan kesejahteraan dapat berjalan beriringan. Dengan begitu, harmoni antara manusia dan lingkungan bukan sekadar angan.*
(*)Artikel ditulis oleh rekan YKAN National Geographic Indonesia, Adia Puja.
Penulis | : | Yasmin FE |
Editor | : | Sheila Respati |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR