Nationalgeographic.co.id—Bayangkan sebuah entitas yang dulunya hanya mengelola aset-aset negara, kini menjelma menjadi raksasa investasi global yang disegani.
Dari Singapura yang baru merdeka, hingga panggung dunia yang penuh persaingan, kisah Temasek adalah tentang visi, keberanian, dan adaptasi tanpa henti.
Bagaimana sebuah perusahaan yang lahir dari kebutuhan mendesak bisa menjadi "panutan" bagi Danantara, dan mungkin bagi banyak investor lainnya di seluruh dunia?
Perjalanan Temasek bukan sekadar angka-angka keuntungan, tetapi juga tentang bagaimana sebuah entitas dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, sambil terus tumbuh dan berinovasi.
Temasek membuktikan bahwa kesuksesan finansial dan tanggung jawab sosial dapat berjalan beriringan. Inilah kisah lengkapnya, yang akan Anda temukan dalam artikel ini.
Lahir pada masa sulit
Pada tahun 1967, Singapura menghadapi masa sulit. Baru dua tahun berpisah dari Malaysia, negara ini harus berjuang menghadapi rencana penarikan militer Inggris yang mengancam 30.000 pekerjaan dan 20% aktivitas ekonomi.
Di tengah ketidakpastian ini, Madam Lim Kah Eng, seorang wanita berusia 33 tahun, harus menghidupi keluarganya. Ia menerima pekerjaan apa pun yang tersedia, mulai dari memperbaiki karung goni hingga membersihkan kantor di Pulau Bukom.
"Saat itu, pekerjaan sangat sulit ditemukan," kenang Madam Lim, yang kini berusia 90 tahun, seperti dilansir laman The Straits Times. "Kami harus menghidupi keluarga, jadi kami tidak bisa pilih-pilih." Semangat pantang menyerahnya, yang dibentuk oleh kebutuhan dan ketahanan, mencerminkan semangat generasi Singapura saat itu.
Pada tahun yang sama, Singapura menerbitkan uang kertas dan koin pertamanya, The Beatles merilis album "Sgt Pepper's Lonely Hearts Club Band", dan aktris Hong Kong, Nancy Sit, mempromosikan filmnya di Singapura. Di tengah gejolak ekonomi, Singapura sedang membangun fondasi kenegaraannya.
Semangat pantang menyerah Madam Lim juga mencerminkan perjalanan Temasek, sebuah perusahaan investasi yang didirikan pada tahun 1974. Awalnya, Temasek dibentuk untuk mengelola aset pemerintah Singapura yang bernilai 354 juta dolar Singapura. Tujuannya adalah agar pemerintah dapat fokus pada pembuatan kebijakan dan legislasi.
Baca Juga: Sustainability: Bukan Anggaran, Singapura Lebih Pilih Pangkas Emisi Karbonnya
"Hingga tahun 1990-an, Temasek berfungsi terutama sebagai perusahaan induk dan pemegang saham komersial," jelas Bapak Dilhan Pillay, CEO Temasek. Perusahaan ini fokus pada industrialisasi, ekspansi, dan globalisasi perusahaan-perusahaan portofolionya, serta membantu mereka mengakses pasar modal dan memperkuat tata kelola perusahaan.
Namun, Temasek tidak hanya berdiam diri. Seiring waktu, Temasek berkembang menjadi investor global yang aktif. Kini, portofolionya bernilai 382 miliar dolar Singapura, dengan total pengembalian pemegang saham 20 tahun sebesar 9 persen per 31 Maret 2023.
Perjalanan Temasek selama 50 tahun terakhir mencerminkan semangat Singapura: ketahanan, jiwa kewirausahaan, dan komitmen untuk membangun masa depan yang lebih baik. Dari generasi yang berjuang untuk bertahan hidup, Temasek kini memelihara warisan untuk generasi mendatang, menumbuhkan investasinya secara global sambil berkontribusi bagi masyarakat.
Transformasi besar-besaran
Pada tahun 2000, PSA, operator pelabuhan dan terminal, berencana untuk menjadi perusahaan publik. Namun, Temasek, pemegang sahamnya, melihat perlunya restrukturisasi portofolio terlebih dahulu. Hal ini menandai perubahan signifikan dalam strategi Temasek, dari investor pasif menjadi investor dan pemegang saham aktif di awal tahun 2000-an.
"Kondisi pasar saat itu tidak ideal, dan kami merasa PSA perlu melakukan perubahan radikal," ungkap Juliet Teo, Kepala Grup Pengembangan Portofolio Temasek dan Pasar Singapura. "Kami menyadari pentingnya berinteraksi erat dengan perusahaan portofolio kami untuk mencari peluang penciptaan nilai."
Pada tahun 2000, PSA memiliki portofolio aset yang luas dan beragam, termasuk pusat pelayaran, operasi kereta gantung, properti real estat, dan pusat pameran, di samping bisnis inti operasi pelabuhan.
Bisnis properti real estat, yang terdiri dari kantor, pabrik bertingkat, dan "distripark" logistik, merupakan aset periferal terbesar. Aset-aset ini kemudian dipisahkan menjadi perusahaan real estat terpisah, Mapletree.
Proses restrukturisasi PSA memakan waktu sekitar 18 bulan. Selama periode ini, mereka meninjau sistem dan proses untuk meningkatkan kemampuan PSA dalam menghadapi lingkungan komersial.
Dengan fokus pada kompetensi inti, PSA yang telah disederhanakan berhasil berkembang secara global dan "meningkatkan kinerjanya secara dramatis," kata Teo. "Hingga saat ini, kami terus berinteraksi aktif dengan dewan mengenai rencana pertumbuhan strategis mereka."
Saat ini, portofolio PSA International mencakup lebih dari 60 terminal laut dalam, kereta api, dan pedalaman, yang tersebar di lebih dari 170 lokasi di 45 negara. Perusahaan ini juga memiliki bisnis afiliasi di bidang manajemen rantai pasokan, logistik, layanan kelautan, dan digital.
Baca Juga: Sinergi BRIN, IBCI Singapura, dan Konservasi Indonesia Demi Jaga Ekosistem Lamun
Pada tahun yang berakhir 31 Desember 2023, PSA menangani 94,8 juta unit kontainer setara 20 kaki (TEU), menjadikannya salah satu operator pelabuhan terbesar di dunia. Perusahaan ini memiliki 55.000 karyawan di seluruh dunia, dengan 12.000 di antaranya berbasis di Singapura.
Memasuki pasar baru
Memasuki pasar baru merupakan langkah krusial dalam pertumbuhan sebuah perusahaan. Hal ini terbukti dari perjalanan Temasek dalam melebarkan sayapnya ke Asia pada awal tahun 2000-an. Saat itu, mereka memfokuskan investasi pada dua sektor utama: layanan keuangan dan telekomunikasi.
Png Chin Yee, Chief Financial Officer Temasek, menjelaskan bahwa keputusan ini didasari oleh potensi pertumbuhan ekonomi yang besar di kawasan Asia, yang didorong oleh peningkatan populasi kelas menengah. Bank dan perusahaan telekomunikasi dipandang sebagai representasi dari pertumbuhan ekonomi yang sedang berkembang di Asia.
Namun, ekspansi awal ini tidak berjalan mulus. Pada tahun 2003, wabah SARS melanda Asia, mengganggu aktivitas ekonomi dan perjalanan di kawasan tersebut. Selain itu, Temasek juga menghadapi tantangan sebagai "pendatang baru tanpa rekam jejak yang terbukti" di luar Singapura.
Lalu, apa yang menjadi kunci keberhasilan Temasek? Menurut Png Chin Yee, kehadiran dan ketekunan adalah faktor utama. Dengan membuka kantor lokal di pasar-pasar utama seperti Beijing (2004) dan Mumbai (2004), Temasek menunjukkan komitmennya sebagai investor jangka panjang.
Langkah ini juga memungkinkan mereka untuk membangun hubungan yang kuat dan memahami pasar serta lingkungan bisnis dengan lebih baik.
Setelah mendapatkan pengalaman di Asia, Temasek memperluas jangkauannya ke pasar negara maju seperti Inggris Raya dan Amerika Serikat pada tahun 2010-an.
Untuk memandu strategi investasinya, Temasek berfokus pada empat tren struktural utama: Digitisation (Digitalisasi), Sustainable Living (Kehidupan Berkelanjutan), Future of Consumption (Masa Depan Konsumsi) and Longer Lifespans (Umur Panjang).
Hasilnya sangat mengesankan. Nilai portofolio Temasek tumbuh sebesar 305 miliar dolar Singapura sejak ekspansi ke Asia dan pasar global dimulai pada tahun 2002.
Bukan mengejar keuntungan semata
Tujuan yang melampaui sekadar keuntungan menjadi landasan penting bagi Temasek. Hal ini tercermin dari peran aktif mereka dalam mendistribusikan cairan pembersih tangan, masker wajah, dan oksimeter selama pandemi Covid-19.
Mengapa perusahaan investasi begitu terlibat dalam respons pandemi? "Perusahaan saat ini harus didorong oleh tujuan yang melampaui keuntungan," ungkap Chan Wai Ching, chief corporate officer dan kepala Organisasi dan Sumber Daya Manusia, Temasek.
"Kita perlu melakukan yang benar dan berbuat baik bagi komunitas kita, dan ini memberi kita izin sosial untuk berkinerja baik," tambahnya.
Sejak tahun 2003, Temasek telah mengalokasikan sebagian dari keuntungan bersih mereka di atas biaya modal yang disesuaikan dengan risiko untuk kontribusi kepada masyarakat.
Komitmen ini memungkinkan mereka untuk mendanai berbagai inisiatif penanganan Covid-19. Dana ini disalurkan melalui Temasek Trust, yang memberikan hibah untuk program-program yang dijalankan oleh ekosistem nirlaba Temasek.
Ekosistem ini mencakup Temasek Foundation yang mendukung program peningkatan kualitas hidup, Temasek Life Sciences Laboratory yang memanfaatkan ilmu kehidupan untuk kemajuan, Stewardship Asia Centre yang fokus pada praktik kepengurusan yang baik, dan Mandai Nature yang bergerak di bidang konservasi satwa liar.
Hingga saat ini, kontribusi Temasek melalui Temasek Trust telah memberikan dampak positif bagi sekitar 3,7 juta orang di Singapura dan sekitarnya.
KOMENTAR