Nationalgeographic.co.id—Saat puasa, terkadang kita mengalami sakit kepala.
Gejalanya cukup mirip dengan sakit kepala tegang, yang merupakan jenis sakit kepala yang paling sering terjadi yang menyebabkan rasa sesak atau tekanan di sekitar kepala.
Tingkat keparahan gejala dapat sedikit berbeda dari satu orang ke orang lain. Beberapa orang mungkin merasakan sensasi berdenyut (nyeri yang berdenyut cepat seperti denyut nadi) tetapi yang lainnya mungkin tidak merasakan hal yang sama.
Biasanya, orang-orang mengalami sakit kepala di hari pertama bulan Ramadan. Kabar baiknya adalah sakit kepala ini berangsur-angsur mereda, karena tubuh dan pikiran mulai beradaptasi dengan perubahan gaya hidup selama bulan puasa.
Menderita sakit kepala saat berpuasa dapat berdampak negatif pada aktivitas harian Anda, seperti kurangnya konsentrasi dan ketidakmampuan menyelesaikan tugas.
Oleh karena itu, mencari tahu penyebab atau kemungkinan faktor pemicunya dapat membantu sebelum membuat perubahan aktif pada kebiasaan Ramadan Anda dan sains selalu punya penjelasan untuk hal semacam ini.
Perubahan pola tidur
Ramadan mengharuskan umat Islam bangun pagi untuk makan sahur guna memastikan tubuh mereka memiliki cukup nutrisi dan energi sepanjang hari. Perubahan jam tidur ini dapat memengaruhi kualitas tidur karena jam tidur malam jadi terganggu.
Kurangnya waktu tidur dapat menjadi penyebab pusing dan rasa lesu, sehingga menjadi pemicu sakit kepala.
Dehidrasi
Dehidrasi berarti kehilangan lebih banyak cairan daripada yang Anda konsumsi, sehingga menyebabkan kurangnya kadar air dalam tubuh. Ketika ini terjadi, otak Anda akan merespons dengan menyusutkan dirinya dari tengkorak, sehingga menimbulkan sakit kepala.
Baca Juga: Tips Sehat Sains: Cara Tidur Cukup Selama Bulan Puasa Menurut Dokter
Jumlah asupan cairan yang berkurang selama bulan Ramadan sangat umum terjadi, karena tidak diperbolehkan minum di siang hari.
Bagi mereka yang tinggal di daerah beriklim panas, kemungkinan mengalami sakit kepala akibat kekurangan cairan jauh lebih tinggi.
Sayangnya, banyak orang gagal mengimbangi kehilangan cairan ini. Banyak orang tidak minum cukup air atau mengonsumsi makanan kaya air seperti buah-buahan di malam hari.
Atau sebaliknya, mereka minum terlalu banyak air karena sangat haus dan akhirnya buang air kecil lebih sering — menciptakan efek kontraproduktif berupa dehidrasi lagi keesokan harinya.
Gula darah rendah (Hipoglikemia)
Melansir Homage, hipoglikemia terutama dialami oleh pasien diabetes yang asupan gulanya cenderung sangat sensitif. Beberapa gejalanya meliputi sakit kepala, merasa gemetar dan lemah, serta mual.
Namun, orang yang sehat juga dapat mengalami gula darah rendah beberapa jam setelah berbuka puasa (atau berbuka puasa), jika mereka mengonsumsi karbohidrat sederhana seperti biji-bijian olahan dan makanan tinggi gula.
Tidak seperti karbohidrat kompleks yang memerlukan waktu untuk dipecah, karbohidrat yang tidak sehat ini langsung digunakan oleh tubuh Anda untuk energi, yang menyebabkan lonjakan kadar gula darah Anda dan juga penurunan cepat setelahnya. Proses yang cepat seperti itu dapat memicu sakit kepala.
Berhenti minum kafein dan merokok
Bagi sebagian dari kita yang mengandalkan beberapa cangkir kopi atau teh sepanjang hari untuk meningkatkan kewaspadaan, membatasi jumlah minuman saat berpuasa dapat memicu gejala putus zat.
Gejala putus zat yang terjadi, seperti suasana hati yang buruk, kurangnya kejernihan mental, kecemasan, dan sakit kepala. Hal yang sama berlaku untuk kebiasaan merokok.
Baca Juga: Sains Gizi: Inilah Tips Agar Tubuh Tetap Kuat Berolahraga Saat Puasa
Kurangnya nutrisi
Satu-satunya waktu yang kita punya kesempatan untuk meningkatkan asupan nutrisi selama bulan Ramadan adalah saat sahur, berbuka puasa, dan malam hari. Namun, banyak orang tidak menggunakan waktu tersebut untuk mencukupi asupan nutrisi.
Akibatnya, kita kehilangan kesempatan untuk mengembalikan vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh agar dapat berfungsi dengan baik sepanjang hari.
Kebiasaan makan yang buruk tersebut menyebabkan konsekuensi lain yang disebutkan sebelumnya (dehidrasi, hipoglikemia, dan kelesuan) yang akhirnya menyebabkan sakit kepala.
Sakit kepala yang ada
Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang umumnya memiliki migrain cenderung menderita sakit kepala saat puasa selama Ramadan lebih sering dan rasa sakitnya jauh lebih parah, dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.
Baca Juga: Beberapa Ahli Ungkap Cara Menjaga Kesehatan Tubuh Selama Puasa Menurut Sains
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR