Beliau juga menambahkan, "Mengabaikan kenyataan, menyangkal hukum fisika, dan membungkam para ilmuwan hanya akan menyebabkan kerugian, dan rakyat biasa akan membayar harganya."
Meskipun suhu global pada tahun 2024 melampaui 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, hal ini belum secara otomatis melanggar tujuan jangka panjang dari perjanjian Paris untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius, yang perhitungannya didasarkan pada rata-rata suhu selama beberapa dekade.
Namun, laporan tersebut mengindikasikan bahwa tren pemanasan jangka panjang telah mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dan saat ini berada pada kisaran 1,34 hingga 1,41 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.
Sebagai perbandingan, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) pada tahun 2020 menyatakan bahwa dunia telah mengalami pemanasan sebesar 1,1 derajat Celsius di atas periode referensi tahun 1850-1900.
Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo, menyampaikan bahwa "Meskipun satu tahun di atas 1,5 derajat Celsius pemanasan tidak menunjukkan bahwa tujuan suhu jangka panjang dari Perjanjian Paris tidak dapat dicapai, ini adalah panggilan bangun bahwa kita meningkatkan risiko terhadap kehidupan, ekonomi, dan planet kita."
Laporan tersebut juga memberikan peringatan mengenai dampak iklim yang sangat besar terhadap lautan dunia, yang mengalami pemanasan dua kali lebih cepat dibandingkan dengan periode sebelum tahun 2005. Pada tahun 2024, lautan mencapai tingkat panas rekor untuk kedelapan kalinya secara berturut-turut.
Sementara itu, laju kenaikan permukaan laut telah berlipat ganda selama tiga dekade terakhir. WMO menyatakan bahwa untuk membalikkan tren kenaikan permukaan laut dan pemanasan lautan ini akan membutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun.
Celeste Saulo menambahkan bahwa kriosfer, yaitu bagian beku dari permukaan Bumi, "mencair dengan kecepatan yang mengkhawatirkan," dengan catatan hilangnya gletser yang signifikan antara tahun 2022 dan 2024.
Jumlah es di lautan dunia mencapai titik terendah sepanjang masa pada awal bulan sebelumnya dan tingkat harian tetap berada di bawah minimum sebelumnya hingga pertengahan Maret. Selain itu, es laut Arktik mencapai rekor terendah regional pada bulan Februari tahun yang sama.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa tingkat konsentrasi karbon dioksida di atmosfer adalah 420 bagian per juta (ppm) pada tahun 2023, yang merupakan tahun terakhir di mana data akhir tersedia.
Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 2,3 ppm dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA), tingkat karbon dioksida pada era pra-industri adalah sekitar 280 ppm.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
KOMENTAR