Nationalgeographic.co.id—Berdasarkan penelitian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), konsentrasi karbon dioksida di atmosfer Bumi telah mencapai titik tertinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kurun waktu 800.000 tahun terakhir.
Lebih lanjut, tahun 2024 diprediksi akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah pengamatan, sekaligus menjadi tahun pertama di mana suhu global melampaui batas kritis 1,5 derajat Celsius di atas tingkat suhu pada era pra-industri.
Dalam penilaian iklim tahunan yang dilakukan oleh Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) PBB, dinyatakan bahwa tanda-tanda perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia telah mencapai titik tertinggi pada tahun sebelumnya.
Tingkat gas rumah kaca yang memecahkan rekor, yang diperparah oleh fenomena cuaca El Niño dan berbagai faktor lainnya, menjadi penyebab utama terjadinya rekor panas global tersebut.
Dilansir Financial Times, Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyampaikan keprihatinannya dengan mengatakan, "Planet kita mengeluarkan lebih banyak sinyal bahaya," dan mendesak para pemimpin dunia untuk segera mengambil tindakan iklim yang lebih signifikan.
Pernyataan ini muncul setelah adanya tindakan dari mantan Presiden Donald Trump yang melancarkan serangan luas terhadap berbagai kebijakan lingkungan, termasuk keputusannya untuk menarik kembali Amerika Serikat dari perjanjian iklim Paris untuk yang kedua kalinya.
Suhu permukaan rata-rata global pada tahun 2024 tercatat sebesar 1,55 derajat Celsius di atas rata-rata suhu pada periode 1850-1900, dengan margin ketidakpastian sebesar 0,13 derajat Celsius.
Data ini menjadikan tahun lalu sebagai tahun terpanas dalam catatan observasi suhu selama 175 tahun terakhir, yang merupakan hasil pengumpulan data dari berbagai negara anggota dan lembaga mitra.
Rekor suhu yang terlampaui ini telah berkontribusi pada peningkatan intensitas badai dan bencana alam terkait cuaca lainnya, dengan setidaknya 151 peristiwa cuaca ekstrem yang "belum pernah terjadi sebelumnya" tercatat pada tahun 2024.
Stefan Rahmstorf, kepala departemen penelitian di Potsdam Institute for Climate Impact Research, menyatakan bahwa "Jutaan orang semakin menderita akibat perubahan iklim dalam bentuk gelombang panas yang ekstrem, banjir yang meluas, kekeringan yang berkepanjangan, badai yang dahsyat, dan kenaikan permukaan laut yang mengancam."
Lebih lanjut, Stefan Rahmstorf menegaskan bahwa "Kita hanya dapat menghentikan tren pemanasan dengan keluar dari bahan bakar fosil, dan kita harus melakukannya dengan cepat."
Baca Juga: Apa yang Dimaksud dengan Net Zero Terkait Emisi Karbon? Kenapa Ini Penting?
KOMENTAR