Banyak negara lain memilih untuk mengikuti Saudi, tempat kelahiran Islam. Sementara yang lain menggunakan pengamatan astronomi atau kalender lunar yang dihitung jauh sebelumnya.
Namun, di komunitas Muslim kecil di sepanjang ujung selatan Afrika, tradisi asli pengamatan bulan tanpa bantuan alat atau alat bantu mata apa pun tetap utuh.
“Kami mengikuti hadis Rasul sallallahu alayhi wa sallam. Kami melihat bulan, kami berpuasa; kami melihat bulan, berbuka puasa,” kata Imam Pandy kepada Al Jazeera sehari sebelum pengamatan bulan. “Dan itu bukan hanya untuk Ramadan. Itu berlangsung dari [bulan Islam pertama] Muharram hingga [bulan Islam terakhir] Dzul Hijjah.”
Bagaimana maankyker bekerja?
Islam pertama kali masuk ke Afrika Selatan pada tahun 1600-an. Saat itu orang-orang yang diperbudak dan tahanan dari berbagai negara dibawa ke Cape Town oleh orang-orang Belanda yang mendarat di sana.
Masjid Auwal, masjid pertama di negara itu yang berdiri sejak tahun 1794, masih dibuka di Bo-Kaap, sebuah kawasan yang secara historis dihuni Muslim. Letaknya beberapa kilometer dari tempat para maankyker masih berkumpul di pusat Cape Town.
Para maankyker awal membentuk aliansi yang longgar dan berdasarkan beberapa aturan yang tidak tertulis. Mereka menjalankan tugas pengawasan dari titik pengamatan yang sama yang digunakan saat ini. Masing-masing bertanggung jawab untuk melaporkan pengamatannya kepada imam jemaatnya.
Selalu ada konsensus umum bahwa bulan harus dilihat sejak Islam berakar di Cape Town. Namun, baru setelah Crescent Observers Society muncul, ada perkumpulan formal dengan tujuan untuk melihat bulan.
Di provinsi-provinsi di seluruh negeri, pengelompokan terstruktur lainnya dari para pengamat bulan telah muncul sejak saat itu. Namun, para maankyker di Cape memiliki keistimewaan sebagai kelompok tertua dari jenisnya. Mereka juga merupakan salah satu yang paling banyak dimintai pendapat. Hal ini karena reputasinya selama puluhan tahun dalam pencatatan, kejujuran, dan kesaksian yang cermat.
Seperti pada beberapa dekade sebelumnya, pada tanggal 29 setiap bulan Islam, para maankyker berkumpul di empat tempat pengamatan yang telah ditentukan sejak bertahun-tahun lalu - Three Anchor Bay, Signal Hill, Bakoven, dan Stellenbosch.
Ketika penampakan bulan sabit dikonfirmasi, arbiter memverifikasi kesaksian tersebut sebelum diumumkan secara nasional. Jika tidak ada penampakan, arbiter akan berhubungan dengan komite pengamatan bulan lainnya di Afrika Selatan dan mengeluarkan keputusan.
Keluarga-keluarga terlihat membawa selimut untuk menjaga anak-anak tetap hangat dan berbagai macam makanan termasuk sup, samoosa, dan berbagai macam makanan lezat terlihat di mana-mana. Suasananya meriah dengan anak-anak memenuhi taman bermain dan bermain sepak bola dan kriket dengan gembira.
Akhir Ramadan dan penampakan bulan selalu menjadi momen spesial bagi semua orang di Cape Town. Pasalnya, dengan cara tertentu, semua orang terhanyut oleh Ramadan.
“Empati, spiritualitas, fokus pada pemberian, fokus pada apa yang penting dalam hidup benar-benar merasuki seluruh kota,” tulis Ashraf Hendricks di laman Times Live.
Para maankyker bangga akan tradisinya. Mereka juga bangga bisa terus menjalankan ritual inti yang tidak berubah sejak umat Muslim pertama mendarat di Cape Town.
Bagi masyarakat, tradisi maankyker menjaga keutuhan masyarakat. Kerumunan warga masyarakat selalu berkumpul untuk menyaksikan para maankyker. Pada tahun-tahun sebelumnya, penampakan bulan Idulfitri juga menarik perhatian beberapa ribu orang. Jadi itulah intinya, ini tentang semangat Ramadan.
Sustainability: Milenial Ingin Jadi Konsumen Hijau, tapi Mengapa Sulit Dilakukan?
Source | : | Al Jazeera |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR