Permafrost di Arktik telah mengawetkan bangkai mamut berbulu dan bahkan struktur 3D genom mereka. Hal ini memungkinkan para ilmuwan untuk mengekstraksi DNA yang terpelihara dengan baik. Ilmuwan juga dapat menyusun urutan genetik yang menyerupai hewan aslinya.
Pada akhirnya, hal itu memungkinkan peneliti untuk melakukan nuclear transfer dengan sel telur gajah modern. Semua proses tersebut mungkin akan menghasilkan spesies yang mirip dengan mamut berbulu.
Terobosan baru-baru ini menunjukkan bahwa pemulihan kepunahan mamut berbulu semakin dekat. Colossal Biosciences mengeklaim akan menghasilkan anak “mamut” pertamanya pada tahun 2028.
Pada bulan Maret 2025, Colossal meluncurkan “tikus berbulu”. Tikus tersebut hasil rekayasa genetik dan memiliki bulu tebal berwarna cokelat keemasan. Bulu tebal itu terinspirasi oleh mamut berbulu.
Untuk menciptakan tikus itu, para ilmuwan mengidentifikasi enam gen pada tikus yang mengendalikan tekstur, panjang, dan warna rambut. Dalam beberapa kasus, para peneliti hanya “mematikan” gen-gen ini. Dalam kasus lain, mereka menyalin dan menempelkan mutasi yang ada pada mamut berbulu ke dalam genom tikus.
Tikus berbulu adalah “bukti konsep” bagi Colossal bahwa mereka dapat membuat beberapa modifikasi yang ditargetkan pada genom hewan sekaligus. Juga memperkenalkan karakteristik seperti mamut ke spesies lain.
Namun, lompatan dari tikus berbulu ke “gajah berbulu” sangat besar. Artinya, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum perusahaan dapat “menghidupkan kembali” mamut berbulu.
3. Aurochs
Aurochs (Bos primigenius) adalah nenek moyang liar semua sapi modern, termasuk sapi domestik (Bos taurus).
Aurochs adalah hewan bertanduk raksasa yang jangkauannya meluas. Dari Afrika Utara, Asia, dan hampir seluruh Eropa selama ribuan tahun. Spesies ini memiliki fosil paling awal yang diketahui berasal dari sekitar 700.000 tahun yang lalu.
Aurochs adalah mamalia darat terbesar yang tersisa di Eropa setelah zaman es terakhir berakhir. Ironisnya, manusia menjadi penyebab kepunahannya, melalui perburuan berlebihan dan perusakan habitat. Aurochs terakhir yang diketahui mati pada tahun 1627 di Hutan Jaktorów, Polandia.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR