Nationalgeographic.co.id—Perubahan iklim yang semakin ekstrem tak hanya mengancam kehidupan manusia, tetapi juga memaksa spesies langka seperti penguin Galápagos untuk beradaptasi secara luar biasa.
Berbeda dengan kerabatnya yang hidup di kutub, penguin satu ini justru tinggal di garis khatulistiwa—tempat yang panas dan lembap.
Dalam kondisi yang tak biasa bagi seekor penguin, mereka perlahan berevolusi, mengembangkan perilaku dan strategi unik agar tetap bertahan di habitat tropis yang makin terancam.
Di tengah panas terik dekat garis khatulistiwa, satu-satunya spesies penguin yang hidup di wilayah tropis—penguin Galápagos—menunjukkan kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap perubahan iklim.
Di perairan Pulau Bartolomé, Ekuador, konservasionis Dee Boersma dan timnya memantau koloni langka ini untuk meneliti kesehatan dan perilaku mereka di tengah lingkungan yang semakin ekstrem.
“Bagaimana mungkin kamu tidak jatuh cinta pada burung ini?” ujar Boersma, peneliti senior berusia 78 tahun yang juga Direktur Center for Ecosystem Sentinels di University of Washington dan penjelajah National Geographic. “Mereka lucu, penasaran, dan memikat.”
Berukuran mungil dan hidup di pulau vulkanik yang panas, penguin ini menantang persepsi umum bahwa semua penguin hanya hidup di tempat dingin.
Boersma menyebut mereka sebagai "penjaga ekosistem laut", karena perubahan populasi mereka mencerminkan kondisi lingkungan yang lebih luas.
Ia dan timnya mencatat ukuran tubuh, berat, dan kondisi fisik burung-burung tersebut untuk melacak dampak pemanasan global dan degradasi habitat.
Saat ini, lebih dari separuh spesies penguin di dunia tergolong terancam punah atau rentan. Pemanasan global, penangkapan ikan berlebihan, dan polusi laut menjadi ancaman utama.
Meski demikian, penguin Galápagos menunjukkan ketangguhan adaptif yang mengejutkan—berhasil bertahan di wilayah yang suhunya terus meningkat.
Baca Juga: Dokkaebi, Goblin dalam Mitologi Korea yang Ternyata Alami Evolusi Antropomorfis
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR