“Saya pikir mereka akan punah puluhan tahun lalu,” kata Boersma. “Tapi mereka masih ada, dan mereka terus bertahan.”
Perjalanan evolusi penguin Galápagos menunjukkan bagaimana tekanan lingkungan membentuk spesies selama jutaan tahun.
Studi genetika mengungkap bahwa mereka berasal dari penguin Humboldt sekitar dua juta tahun lalu, saat arus laut dingin membawa nenek moyang mereka ke Kepulauan Galápagos. Di sana, mereka menemukan tempat yang kaya makanan dan perlindungan, terutama di pulau Isabela dan Fernandina.
Adaptasi utama yang memungkinkan mereka bertahan di iklim panas adalah cara mereka bersarang di celah-celah batuan lava yang sejuk dan teduh.
Tubuh mereka yang kecil memudahkan mereka bersembunyi dari panas dan pemangsa. Mereka juga memiliki sedikit lemak dan bulu, serta teknik unik seperti membuka sayap dan terengah-engah untuk mengatur suhu tubuh.
Namun, keunggulan terbesar penguin Galápagos adalah kemampuan fleksibel dalam menjadwalkan masa berganti bulu (molting) dan berkembang biak.
Berbeda dengan penguin lain yang memiliki musim kawin tetap, penguin ini menyesuaikan siklus hidupnya dengan ketersediaan makanan dari arus laut yang kaya nutrisi. Dalam tahun-tahun yang penuh makanan, mereka bisa berkembang biak hingga dua kali.
Polanya mengikuti siklus El Niño dan La Niña. Saat La Niña mendatangkan arus laut dingin dan kaya makanan, populasi penguin melonjak. Namun saat El Niño datang dan mengusir arus dingin, makanan langka dan banyak penguin kelaparan. Dalam El Niño parah tahun 1980-an, populasi mereka turun lebih dari separuh.
Kini, pemanasan global menyebabkan El Niño terjadi lebih sering dan lebih ekstrem, mengancam pasokan makanan dan tempat bersarang.
Boersma, yang telah meneliti penguin Galápagos selama lebih dari 50 tahun, memperkirakan hanya tersisa sekitar 2.000 ekor—kurang dari setengah populasi saat ia pertama kali meneliti mereka.
Namun ia masih optimis. Selama arus laut dalam tetap membawa nutrisi ke ekosistem, sebagian penguin akan terus bertahan.
Ia menekankan pentingnya tindakan manusia untuk membantu mereka, terutama dengan mengendalikan predator asing seperti tikus dan kucing serta melindungi habitat bersarang alami yang makin terancam.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR