Nationalgeographic.co.id—Bentangan pegunungan Himalaya yang memesona menyimpan bara sengketa yang tak kunjung padam antara dua negara bertetangga, India dan Pakistan.
Lebih dari tujuh dekade lamanya, wilayah Kashmir menjadi pusat konfrontasi, menelan ribuan nyawa dan merusak harapan akan perdamaian abadi. Akar permasalahan ini begitu dalam, melibatkan sejarah, politik, dan identitas yang kompleks.
Lantas, apa sebenarnya penyebab konflik India Pakistan yang menjadikan Kashmir terus menjadi titik panas geopolitik di Asia Selatan? Kisah di balik permusuhan abadi ini akan diulas dalam artikel ini.
Kapan Semua Masalah Ini Dimulai?
Wilayah Kashmir di Himalaya, yang terkenal dengan keindahan danau, padang rumput, serta pegunungan bersalju, menyimpan sejarah konflik yang panjang dan berdarah antara India dan Pakistan.
Bahkan sebelum kedua negara meraih kemerdekaan dari Inggris pada Agustus 1947, kawasan ini telah menjadi ajang sengketa sengit.
Berdasarkan rencana pemisahan yang tertuang dalam Undang-Undang Kemerdekaan India, Kashmir yang mayoritas penduduknya Muslim memiliki kebebasan untuk memilih bergabung dengan India ataupun Pakistan.
Namun, maharaja (penguasa lokal) saat itu, Hari Singh, awalnya bercita-cita menjadikan Kashmir sebagai negara merdeka.
Situasi berubah drastis pada Oktober 1947 ketika suku-suku dari Pakistan menginvasi wilayah tersebut. Sebagai imbalan atas bantuan militer India, Hari Singh memutuskan untuk bergabung dengan India.
Keputusan ini memicu perang pertama antara India dan Pakistan. India membawa masalah ini ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang kemudian merekomendasikan diadakannya plebisit (referendum) guna menyelesaikan persoalan apakah wilayah tersebut akan bergabung dengan India atau Pakistan.
Sayangnya, seperti dilansir BBC, India dan Pakistan tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai demiliterisasi wilayah yang diperlukan agar referendum bisa terlaksana.
Baca Juga: Sejarah Konflik India-Pakistan: Dimulai dari Kegamangan Maharaja Kashmir
Pada Juli 1949, kedua negara menandatangani perjanjian untuk menetapkan garis gencatan senjata sesuai rekomendasi PBB, yang secara efektif membagi wilayah tersebut.
Pembagian ini tidak mengakhiri perselisihan. Konflik bersenjata kembali meletus dalam perang kedua pada tahun 1965. Ketegangan terus berlanjut hingga puncaknya pada tahun 1999, saat India terlibat dalam konflik singkat namun sengit dengan pasukan yang didukung Pakistan.
Pada periode ini, situasi semakin rumit karena baik India maupun Pakistan telah secara resmi mendeklarasikan diri sebagai negara berkekuatan nuklir.
Hingga hari ini, Delhi dan Islamabad sama-sama mengklaim kedaulatan atas seluruh wilayah Kashmir, meskipun kenyataannya mereka hanya menguasai sebagian.
Mengapa Begitu Banyak Kerusuhan di Wilayah Kashmir yang Dikelola India?
Di dalam wilayah Kashmir yang dikelola India, sentimen penduduk sangat terpecah belah dan dipegang teguh. Tidak sedikit penduduk yang menolak untuk diperintah oleh India, lebih memilih kemerdekaan atau bergabung dengan Pakistan.
Faktor agama memainkan peran krusial; Jammu dan Kashmir memiliki lebih dari 60% penduduk Muslim, menjadikannya satu-satunya wilayah di India di mana Muslim menjadi mayoritas.
Pemberontakan bersenjata melawan kekuasaan India di wilayah tersebut telah berlangsung sejak tahun 1989, menelan korban jiwa puluhan ribu orang. India konsisten menuduh Pakistan mendukung kelompok militan di Kashmir, sebuah tuduhan yang dibantah tegas oleh negara tetangganya itu.
Pada tahun 2019, pemerintah di Delhi mencabut status semi-otonomi khusus Jammu dan Kashmir di tengah penindakan keamanan besar-besaran. Beberapa tahun setelah perubahan status wilayah tersebut, militansi sempat mereda dan jumlah kunjungan wisatawan justru melonjak.
Bagaimana Reaksi Setelah Serangan Militan di Kashmir Sebelumnya?
Sejarah konflik ini diwarnai insiden-insiden mematikan yang memicu respons keras.
Baca Juga: Sains Ungkap Alasan Gurun Raksasa Thar di India Perlahan Menghijau
Pada tahun 2016, setelah 19 tentara India tewas dalam serangan di pangkalan militer Uri, India melancarkan apa yang mereka sebut "serangan bedah" melintasi Garis Kontrol (Line of Control - LoC) - perbatasan de facto antara India dan Pakistan - yang menargetkan dugaan basis militan.
Kejadian yang lebih besar terjadi pada tahun 2019 dengan bom bunuh diri di Pulwama yang menewaskan lebih dari 40 personel paramiliter India.
India merespons dengan serangan udara jauh ke dalam wilayah Balakot, Pakistan - tindakan pertama semacam itu di dalam Pakistan sejak tahun 1971. Serangan ini memicu balasan dari Pakistan dan pertempuran udara antara jet tempur kedua negara.
Ketegangan kembali memuncak secara dramatis pada April 2025 setelah bertahun-tahun relatif tenang. Militan menewaskan 26 orang dalam serangan terhadap wisatawan di dekat kota resor Pahalgam di Kashmir yang dikelola India.
Peristiwa tersebut menjadi serangan paling mematikan terhadap warga sipil dalam dua dekade terakhir.
Dua minggu kemudian, India merespons dengan serangan rudal ke target-target di Pakistan dan wilayah Kashmir yang dikelola Pakistan, sekali lagi memicu kekhawatiran eskalasi lebih lanjut dan seruan global untuk menahan diri.
Kashmir hingga kini tetap menjadi salah satu zona termiliterisasi paling padat di dunia.
Adakah Harapan untuk Perdamaian?
Meskipun hubungan kedua negara sangat tegang, upaya perdamaian pernah dilakukan. India dan Pakistan pernah menyepakati gencatan senjata pada tahun 2003.
Pada tahun 2014, Perdana Menteri India saat ini, Narendra Modi, naik ke tampuk kekuasaan dengan janji menerapkan garis keras terhadap Pakistan, namun awalnya juga menunjukkan minat untuk berdialog.
Buktinya, Nawaz Sharif, yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri Pakistan, menghadiri upacara pelantikan Modi di Delhi.
Namun, harapan meredup setahun kemudian. India menuduh kelompok-kelompok yang berbasis di Pakistan bertanggung jawab atas serangan terhadap pangkalan udara Pathankot di negara bagian Punjab utara.
Modi kemudian membatalkan rencana kunjungan yang dijadwalkan ke ibu kota Pakistan, Islamabad, untuk menghadiri KTT regional pada tahun 2017. Sejak saat itu, nyaris tidak ada kemajuan signifikan dalam pembicaraan antara kedua negara tetangga tersebut.
Dengan klaim yang saling bertentangan, sejarah konflik yang panjang, dan kehadiran senjata nuklir, masa depan Kashmir masih diselimuti ketidakpastian, menjadikan perdamaian sebagai tujuan yang sangat sulit dicapai.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
KOMENTAR