Pada Juli 1949, kedua negara menandatangani perjanjian untuk menetapkan garis gencatan senjata sesuai rekomendasi PBB, yang secara efektif membagi wilayah tersebut.
Pembagian ini tidak mengakhiri perselisihan. Konflik bersenjata kembali meletus dalam perang kedua pada tahun 1965. Ketegangan terus berlanjut hingga puncaknya pada tahun 1999, saat India terlibat dalam konflik singkat namun sengit dengan pasukan yang didukung Pakistan.
Pada periode ini, situasi semakin rumit karena baik India maupun Pakistan telah secara resmi mendeklarasikan diri sebagai negara berkekuatan nuklir.
Hingga hari ini, Delhi dan Islamabad sama-sama mengklaim kedaulatan atas seluruh wilayah Kashmir, meskipun kenyataannya mereka hanya menguasai sebagian.
Mengapa Begitu Banyak Kerusuhan di Wilayah Kashmir yang Dikelola India?
Di dalam wilayah Kashmir yang dikelola India, sentimen penduduk sangat terpecah belah dan dipegang teguh. Tidak sedikit penduduk yang menolak untuk diperintah oleh India, lebih memilih kemerdekaan atau bergabung dengan Pakistan.
Faktor agama memainkan peran krusial; Jammu dan Kashmir memiliki lebih dari 60% penduduk Muslim, menjadikannya satu-satunya wilayah di India di mana Muslim menjadi mayoritas.
Pemberontakan bersenjata melawan kekuasaan India di wilayah tersebut telah berlangsung sejak tahun 1989, menelan korban jiwa puluhan ribu orang. India konsisten menuduh Pakistan mendukung kelompok militan di Kashmir, sebuah tuduhan yang dibantah tegas oleh negara tetangganya itu.
Pada tahun 2019, pemerintah di Delhi mencabut status semi-otonomi khusus Jammu dan Kashmir di tengah penindakan keamanan besar-besaran. Beberapa tahun setelah perubahan status wilayah tersebut, militansi sempat mereda dan jumlah kunjungan wisatawan justru melonjak.
Bagaimana Reaksi Setelah Serangan Militan di Kashmir Sebelumnya?
Sejarah konflik ini diwarnai insiden-insiden mematikan yang memicu respons keras.
Baca Juga: Sains Ungkap Alasan Gurun Raksasa Thar di India Perlahan Menghijau
KOMENTAR