Nationalgeographic.co.id—Senin (12/5/2025) pagi, terjadi ledakan dahsyat di kawasan Desa Sagara, Kecamatan Garut, Jawa Barat saat TNI melaksanakan pemusnahan amunisi kedaluwarsa.
Peristiwa ini menewaskan 13 orang yang terdiri dari empat prajurit TNI dan sembilan warga sipil. Ledakan ini kemudian menyisakan sejumlah pertanyaan terkait prosedur keamanan dan keterlibatan warga sipil dalam radius bahaya pemusnahan amunisi.
Dilansir laman Kompas.com, TNI menyebut bahwa ledakan terjadi saat proses pemusnahan amunisi yang telah kedaluwarsa atau tidak layak pakai. Pemusnahan tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh satuan TNI AD. Amunisi-amunisi expired yang hendak diledakkan berupa granat dan mortir.
Ledakan pertama terjadi saat proses pemusnahan tengah berlangsung. Tak lama kemudian, terjadi ledakan susulan yang lebih besar. Ledakan susulan diduga disebabkan oleh sisa amunisi yang belum meledak secara sempurna.
Terlepas dari peristiwa tersebut, mungkin timbul pertanyaan tentang apakah amunisi memiliki tanggal kedaluwarsa?
Dilansir laman Gun Safeti Training Pro, amunisi tidak benar-benar 'kedaluwarsa' dengan cara yang sama seperti baterai atau benda lain dengan rentang masa pakai fungsional yang lebih spesifik.
Namun, bubuk mesiu dapat kehilangan potensinya seiring berjalannya waktu. Hal ini dapat menimbulkan beberapa risiko potensial jika seseorang menggunakan amunisi yang lebih tua.
Biasanya, tidak ada tanggal kedaluwarsa pada produk bubuk mesiu yang diproduksi saat ini. Hal ini karena amunisi berpotensi memiliki masa pakai yang tidak terbatas jika disimpan dengan benar.
Menurut laman Underwater Kinetics, amunisi bukanlah barang yang mudah rusak. Jika disimpan dengan benar, amunisi dapat bertahan hampir tanpa batas waktu.
Meski demikian, amunisi memiliki masa simpan terbatas yang bergantung pada faktor-faktor seperti tempat penyimpanannya, paparan terhadap kelembapan, perubahan suhu, paparan terhadap cahaya, apakah disegel dengan benar, dan apakah casingnya terbuat dari timah atau baja.
Amunisi modern dibuat untuk bertahan lebih dari satu dekade (dan mungkin hingga dua puluh tahun), asalkan mematuhi praktik penyimpanan yang tepat.
Baca Juga: Lima Senjata Kuno Ini Terbuat dari Meteorit, Apa Kelebihannya?
Masa simpan amunisi yang dapat digunakan bersifat relatif dan didasarkan pada beberapa pertimbangan. Hal ini bergantung pada metode pemuatan, kualitas, dan komponen seperti bubuk, jenis primer, dan sealant dari masing-masing produsen.
Amunisi berselubung baja lebih rentan terhadap karat daripada amunisi berselubung kuningan. Selain itu, peluru dengan timah yang terbuka lebih mungkin mengalami degradasi daripada peluru dengan selongsong logam penuh.
Risiko menggunakan amunisi lama
Ada beberapa kecelakaan paling umum yang dapat terjadi ketika seseorang menggunakan amunisi lama:
- Gagal tembak. Detonator (primer) tidak menyulut bubuk mesiu. Ini mungkin merupakan efek samping yang paling umum dari amunisi tua.
- Kristal peledak memperkuat daya ledak amunisi. Kristal peledak terbentuk melalui proses kimia, membuat amunisi lebih kuat, tetapi dapat merusak senjata api saat ditembakkan.
- Reaksi asam saat ditembakkan. Hal ini membuat senjata mengeluarkan uap asam yang dapat menurunkan kinerjanya.
- Penggumpalan. Kondisi ini menurunkan performa amunisi, dan seperti petasan basah, peluru mungkin tidak keluar saat ditembakkan. Akibatnya, laras bisa tersumbat, dan jika peluru berikutnya ditembakkan ke dalam laras yang tersumbat, hal ini sangat berbahaya dan tidak bisa diprediksi.
Jika senjata mengeluarkan suara yang tidak biasa saat menembak, seseorang perlu segera mengosongkan senjata dengan aman dan memasukkan batang pembersih ke dalam laras untuk memastikan tidak ada peluru yang tersangkut.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR