Stromer lalu menciptakan kelompok baru bernama Carcharodontosaurus untuk mencakup kedua temuan ini, dan spesimen dari Mesir dianggap sebagai contoh utama dari kelompok itu.
Seiring waktu, para paleontolog menemukan lebih banyak anggota kelompok Carcharodontosaurus. Pada 1990-an, sebuah tengkorak carcharodontosaurid yang relatif lengkap dari Maroko dijadikan spesimen tipe untuk kelompok tersebut, mengingat fosil dari Mesir telah hilang.
Ketika peneliti membandingkan foto-foto lama fosil yang hilang serta deskripsi dan ilustrasi Stromer dengan spesimen tipe dari Maroko, mereka menemukan bahwa fosil Mesir tidak cocok dimasukkan ke dalam kelompok Carcharodontosaurus.
“Kasus luar biasa”
Biasanya, peneliti tidak akan memperkenalkan spesies dinosaurus baru tanpa memeriksa langsung fosil aslinya.
Namun, para penulis studi menyebut kasus ini sebagai “kasus luar biasa.” Nama genus baru, Tameryraptor, menggabungkan nama kuno Mesir, “Ta-Mery” yang berarti “tanah tercinta”, dengan kata Latin raptor yang berarti “pencuri”.
Sementara nama spesies markgrafi diberikan sebagai penghormatan kepada kolektor fosil asal Jerman, Richard Markgraf, yang menggali fosil ini dari Oasis Bahariya pada tahun 1914.
Studi ini menunjukkan bahwa kehidupan dinosaurus di Afrika Utara jauh lebih beragam daripada yang sebelumnya diperkirakan, dan bahwa masih banyak riset yang dibutuhkan untuk memahami sejarah dinosaurus di wilayah tersebut.
“Ada beberapa taksa lain yang tampaknya juga ditemukan di Mesir dan Maroko, seperti Deltadromeus atau Spinosaurus yang terkenal—dan saya curiga spesies-spesies ini sebenarnya cukup berbeda jika kita meluangkan waktu untuk meneliti kembali tulisan-tulisan Stromer dan arsip-arsip lamanya,” ujar Kellermann.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Live Science,PLOS ONE |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR