Nationalgeographic.co.id—Pada tahun 1914, ilmuwan Jerman menemukan fosil dinosaurus besar di Oasis Bahariya, Mesir. Namun, fosil tersebut hancur akibat serangan udara pada Perang Dunia II.
Kini, lebih dari 80 tahun kemudian, para ilmuwan berhasil mengidentifikasi spesies baru dari foto-foto lama yang ditemukan di arsip Universitas Tübingen.
Dinosaurus ini dinamai Tameryraptor markgrafi, yang berarti "pencuri dari tanah tercinta", dan diperkirakan merupakan salah satu predator darat terbesar yang pernah hidup. Spesies ini hidup di Mesir sekitar 95 juta tahun yang lalu. Dengan panjang mencapai 10 meter, dinosaurus ini termasuk salah satu karnivora darat terbesar yang pernah menjelajahi Bumi.
Diketahui, setelah ditemukan pada tahun 1914 di Oasis Bahariya, Gurun Barat Mesir. Fosil tersebut kemudian disimpan di Bavarian State Collection for Paleontology and Geology (BSPG) di Jerman hingga tahun 1944, ketika bangunan tempat penyimpanannya hancur dalam serangan bom saat Perang Dunia II. Serangan bom itu menghancurkan seluruh fosil, menurut pernyataan resmi dari BSPG yang dirilis Selasa (14 Januari).
Belum lama ini, peneliti menemukan sejumlah foto lama yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya di Arsip Huene milik Universitas Tübingen, Jerman. Foto-foto itu menunjukkan fosil-fosil itu tengah dipajang pada 1940-an. Saat itu, fosil diyakini milik dinosaurus theropoda besar bernama Carcharodontosaurus.
Namun setelah diperiksa lebih cermat, foto-foto itu menunjukkan adanya tonjolan berbentuk tanduk, bagian depan otak yang membesar, dan ciri-ciri lain yang tidak ditemukan pada spesimen Carcharodontosaurus lainnya.
“Awalnya saya agak bingung ketika melihat foto-foto baru itu, tapi setelahnya saya sangat bersemangat,” kata Maximilian Kellermann, penulis utama studi yang juga mahasiswa doktoral di BSPG, dalam email kepada Live Science. “Semakin kami amati, semakin banyak perbedaan yang kami temukan.”
Temuan ini telah dipublikasikan di jurnal PLOS One dengan judul Re-evaluation of the Bahariya Formation carcharodontosaurid (Dinosauria: Theropoda) and its implications for allosauroid phylogeny.
Dalami publikasi tersebut dikatakan, hampir semua fosil dari temuan ini, termasuk spesimen Carcharodontosaurus, hancur dalam serangan bom selama Perang Dunia II, sehingga menutup kemungkinan studi lanjutan berdasarkan material aslinya.
Penemuan ini menunjukkan bahwa dinosaurus predator dari Oasis Bahariya di Mesir tidak sedekat yang sebelumnya diperkirakan dengan dinosaurus dari Formasi Kem Kem di Maroko. Oleh karena itu, dugaan kesamaan fauna antara dua wilayah ini perlu dikaji ulang secara lebih mendalam.
Fosil Mesir tersebut pertama kali diklasifikasikan oleh paleontolog Jerman Ernst Stromer (1871–1952), yang saat itu menduga bahwa fosil itu mirip dengan dinosaurus dari Aljazair yang hanya diketahui dari giginya, menurut studi ini.
Baca Juga: Misteri Kuburan 10.000 Dinousarus di Alberta, Apa yang Terjadi?
Stromer lalu menciptakan kelompok baru bernama Carcharodontosaurus untuk mencakup kedua temuan ini, dan spesimen dari Mesir dianggap sebagai contoh utama dari kelompok itu.
Seiring waktu, para paleontolog menemukan lebih banyak anggota kelompok Carcharodontosaurus. Pada 1990-an, sebuah tengkorak carcharodontosaurid yang relatif lengkap dari Maroko dijadikan spesimen tipe untuk kelompok tersebut, mengingat fosil dari Mesir telah hilang.
Ketika peneliti membandingkan foto-foto lama fosil yang hilang serta deskripsi dan ilustrasi Stromer dengan spesimen tipe dari Maroko, mereka menemukan bahwa fosil Mesir tidak cocok dimasukkan ke dalam kelompok Carcharodontosaurus.
“Kasus luar biasa”
Biasanya, peneliti tidak akan memperkenalkan spesies dinosaurus baru tanpa memeriksa langsung fosil aslinya.
Namun, para penulis studi menyebut kasus ini sebagai “kasus luar biasa.” Nama genus baru, Tameryraptor, menggabungkan nama kuno Mesir, “Ta-Mery” yang berarti “tanah tercinta”, dengan kata Latin raptor yang berarti “pencuri”.
Sementara nama spesies markgrafi diberikan sebagai penghormatan kepada kolektor fosil asal Jerman, Richard Markgraf, yang menggali fosil ini dari Oasis Bahariya pada tahun 1914.
Studi ini menunjukkan bahwa kehidupan dinosaurus di Afrika Utara jauh lebih beragam daripada yang sebelumnya diperkirakan, dan bahwa masih banyak riset yang dibutuhkan untuk memahami sejarah dinosaurus di wilayah tersebut.
“Ada beberapa taksa lain yang tampaknya juga ditemukan di Mesir dan Maroko, seperti Deltadromeus atau Spinosaurus yang terkenal—dan saya curiga spesies-spesies ini sebenarnya cukup berbeda jika kita meluangkan waktu untuk meneliti kembali tulisan-tulisan Stromer dan arsip-arsip lamanya,” ujar Kellermann.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Live Science,PLOS ONE |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR