Nationalgeographic.co.id—Dinosaurus hidup jutaan tahun yang lalu. Kita mengetahui keberadaan mereka karena beberapa di antaranya berubah menjadi fosil saat mati. Bagaimana fosil dinosaurus bisa terbentuk?
Apa itu fosil?
Fosil adalah bukti fisik dari tumbuhan atau hewan prasejarah. Fosil bisa berupa sisa-sisa yang diawetkan atau jejak lainnya. Misalnya tanda yang mereka buat di tanah saat mereka masih hidup. Sisa-sisa fosil—termasuk tulang dan gigi fosil—dikenal sebagai fosil tubuh. Cangkang fosil juga merupakan fosil tubuh.
Tanda-tanda fosil tumbuhan atau hewan lainnya disebut fosil jejak. Fosil jejak dinosaurus meliputi jejak kaki, jejak kulit atau bulu, dan kotoran—disebut koprolit.
Apakah semua makhluk hidup menjadi fosil?
Apakah semua makhluk hidup berubah menjadi fosil setelah mati? Tidak. Sangat sedikit hal yang berubah menjadi fosil. Serangkaian keadaan dan kondisi tertentu diperlukan agar fosilisasi terjadi.
“Jadi proses menjadi fosil sebenarnya merupakan peristiwa yang sangat langka,” tulis Lisa Hendry di laman Natural History Museum.
Kebanyakan benda yang mati membusuk sepenuhnya, tidak meninggalkan apa pun. Hampir semua fosil yang kita temukan—sekitar 99 persen—berasal dari hewan laut seperti kerang dan hiu. Hal ini terjadi karena mereka hidup di laut. Di laut, pasir atau lumpur dapat mengubur sisa-sisa mereka dengan cepat setelah mereka mati.
Begitu sisa-sisa terkubur di bawah sedimen, dekomposisi mereka melambat karena kekurangan oksigen. Hal ini memberi cukup waktu bagi terjadinya fosilisasi. Akan tetapi, bagaimana dengan dinosaurus hidup di darat? Bagaimana dinosaurus bisa terkubur cukup cepat sehingga beberapa dari mereka dapat menjadi fosil?
Dr. David Button adalah seorang peneliti dinosaurus di Natural History Museum. Ia berkata, “Sebagian besar fosil dinosaurus yang kita temukan berasal dari hewan yang hidup di dekat danau atau sungai. Beberapa mati sesaat sebelum daerah itu banjir dan menutupi sisa-sisa mereka dengan lumpur dan lanau. Yang lain hanyut ke sungai oleh hujan lebat.”
David menambahkan jika ia tidak tahu tentang banyak dinosaurus yang hidup di lingkungan hutan atau pegunungan. Fosil sangat tidak mungkin terbentuk dalam situasi seperti itu.
Baca Juga: Fosil-Fosil Tertua Beri Petunjuk Tempat Kelahiran Dinosaurus Pertama
Bagaimana fosil terbentuk?
Cara paling umum fosilisasi hewan seperti dinosaurus disebut petrification. Petrification adalah proses perubahan bahan organik menjadi batu atau zat lain yang serupa.
Berikut ini adalah langkah-langkah utamanya:
Proses ini dapat memakan waktu ribuan atau bahkan jutaan tahun. David menambahkan, “Air meninggalkan kristal mineral di ruang-ruang di tulang. Inilah sebabnya fosil dinosaurus sering kali memiliki tekstur seperti spons atau sarang lebah. Dan struktur tulang internalnya telah terpelihara.
Fosil pohon, yang juga dikenal sebagai kayu membatu, terbentuk dengan cara yang sama. Inilah sebabnya mengapa lingkaran pertumbuhan beberapa pohon fosil dapat dihitung.
Cetakan fosil
Kadang-kadang air tanah melarutkan tulang atau cangkang yang terkubur, meninggalkan lubang atau jejak berbentuk tulang atau cangkang di sedimen. Lubang atau jejak itu adalah cetakan alami.
Jika air yang kaya mineral mengisi ruang ini, kristal dapat terbentuk dan menciptakan fosil dalam bentuk tulang atau cangkang asli. “Dikenal sebagai fosil cetakan,” tambah Hendry. Atau sedimen dapat mengisi cetakan dan membentuk fosil cetakan.
Proses tersebut adalah cara paling umum hewan laut bercangkang menjadi fosil. Ini termasuk amonit yang punah pada saat yang sama dengan dinosaurus. Juga pada kerang yang lebih mirip dengan limpet, tiram, dan remis.
Fosil jejak seperti jejak kaki terbentuk dengan cara yang sama. Jejak kaki membentuk cetakan alamiah dan endapan kemudian mengisinya sehingga membentuk cetakan.
Pengangkatan, pelapukan, dan erosi: mengapa kita dapat menemukan fosil
Bagaimana kita menemukan fosil ketika fosil tersebut telah terkubur di bawah batuan selama jutaan tahun? Semuanya terjadi karena kombinasi pengangkatan, pelapukan, dan erosi (ditambah keberuntungan).
Permukaan bumi terpecah menjadi potongan-potongan besar yang bentuknya tidak beraturan yang saling menyatu seperti gergaji ukir. Potongan itu dikenal sebagai lempeng tektonik. Lempeng-lempeng ini bergerak sangat lambat, didorong oleh panas dari dalam Bumi.
Di beberapa bagian dunia, lempeng-lempeng ini akan bertabrakan. Hal ini dapat memaksa area batuan untuk saling menempel dan mendorongnya ke atas. Dalam kasus yang paling dramatis, pengangkatan tersebut dapat membentuk pegunungan. Karena itu, fosil hewan laut dapat ditemukan di puncak Gunung Everest.
Di tempat-tempat yang dulunya tertutup oleh lapisan es yang besar dan berat dan kini mencair, batuan juga mengalami pengangkatan. Batuan juga dapat didorong ke atas secara perlahan oleh batuan beku baru yang terbentuk di bawahnya.
Pengangkatan hanyalah sebagian dari cerita. Pelapukan dan erosi akibat angin, hujan, es, panas, dan sungai memecah batu-batuan dan menghanyutkan pecahan-pecahannya.
David berkata, “Butuh waktu jutaan tahun, tetapi fosil-fosil secara bertahap akan muncul di permukaan tempat kita dapat menemukannya.Karena cara terbentuknya, fosil terdapat di batuan sedimen. Jadi, jika Anda ingin berburu fosil, di sanalah Anda harus mencarinya.”
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR