“Tujuan mereka mengeluarkan wacana seperti ini sebenarnya untuk promosi bisnis, agar terlihat seolah-olah mereka berusaha meningkatkan keselamatan pendakian di Nepal dan menarik lebih banyak wisatawan,” ujar Alan Arnette, pendaki Everest pada 2011 dan penulis blog Everest yang telah memantau proposal aturan tahunan ini selama lebih dari satu dekade.
“Masalahnya, aturan ini tidak diterapkan karena operator tidak mengikutinya, dan pemerintah pun tidak menegakkannya—karena semua tahu bahwa jika aturan ini benar-benar ditegakkan, jumlah pendaki akan menurun drastis.”
Kementerian Kebudayaan, Pariwisata, dan Penerbangan Sipil serta Dewan Pariwisata Nepal tidak menanggapi permintaan komentar terkait proposal ini.
Keselamatan vs. Pemasukan Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di Nepal, dan Gunung Everest—puncak tertinggi di dunia—adalah permata utamanya.
Berdasarkan data pariwisata terbaru, pada tahun ini terdapat 374 pendaki dari 49 negara yang mencoba mendaki Everest, menghasilkan sekitar 4 juta dolar AS hanya dari biaya izin. Sebagai perbandingan, pada tahun 2015, jumlahnya adalah 359 pendaki dengan pemasukan 2,48 juta dolar.
Tingginya minat pendaki yang terus berdatangan setiap tahun membawa keuntungan ekonomi yang besar bagi Nepal, namun juga menghadirkan tantangan serius—seperti kemacetan di jalur pendakian, masalah sampah dan limbah, serta meningkatnya jumlah korban jiwa.
Pada tahun 2023, tercatat 18 pendaki tewas di Everest, sementara tahun 2024 mencatat delapan kematian. Beberapa penyebab paling umum kematian di gunung ini antara lain penyakit ketinggian akut (AMS), jatuh, kelelahan, hilang, dan longsoran salju.
Dengan bertambahnya jumlah pendaki, staf pendukung pun harus mengangkut lebih banyak peralatan melewati Khumbu Icefall—bagian gunung yang terkenal berbahaya dan merupakan lokasi longsoran pada 2015 yang menewaskan 16 Sherpa saat mereka membawa perlengkapan.
Tahun itu pula, demi alasan keselamatan, Alpenglow Expeditions memindahkan rute ekspedisi Everest mereka dari sisi selatan di Nepal ke sisi utara di Tibet. Mereka menyebut sisi Nepal “terlalu padat dengan anggota tim yang belum berpengalaman dan pemandu yang tidak memenuhi syarat.”
Menurut Lakpa Rita, sisi utara jauh lebih sepi dan aturan yang diberlakukan jauh lebih ketat. “Di Tiongkok, kamu harus benar-benar mengikuti peraturan. Kalau tidak, kamu tidak akan mendapatkan izin mendaki,” katanya.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR