Ingin menjadi dokter
Fatima bertunangan sebelum dia berulang tahun ke-15. Orangtuanya mengatakan bahwa ia harus menikah dengan pengungsi Suriah lainnya.
“Aku bahkan belum berusia 15 tahun. Aku takut dan menangis. Pertama-tama, aku bilang kepada mereka bahwa aku tidak ingin menikah. Aku masih terlalu muda. Kemudian, orangtua mencoba meyakinkanku bahwa calon suamiku adalah pria yang baik…..Aku bingung: harus setuju atau menolak? Namun, karena pria itu berasal dari keluarga yang baik dan pekerja keras, aku akhirnya setuju,” papar Fatima.
Setelah meninggalkan rumahnya di Aleppo, enam tahun lalu, Fatima dan keluarganya telah menahan rasa takut, lapar, dan kemiskinan.
Perang memaksa gadis ini keluar dari sekolah ketika berusia sepuluh tahun. Fatima mengatakan, jika jalan takdirnya berbeda, mungkin ia sudah menjadi dokter sekarang.
Namun, sebaliknya, Fatima kini menjadi istri berusia 16 tahun, juga ibu dari bayi berusia lima bulan dan yang sedang berada dalam kandungannya.
“Aku cukup senang dengan kehidupanku. Jika aku puas, maka bukan urusan orang lain lagi sekarang,” katanya.
Meski begitu, ketika ditanya tentang anak perempuannya, Fatima mengatakan bahwa ia ingin anaknya menyelesaikan pendidikan dengan baik dan tidak menikah muda.
“Dia harus menunggu sampai berumur 20 atau 25 tahun. Akan ada tanggung jawab yang sangat besar yang sulit ditanggung ketika muda,” imbuh Fatima.
“Aku harap aku bisa menyelesaikan sekolah. Aku ingin menjadi dokter. Tidak pernah berpikir tentang pernikahan sebelumnya,” pungkas Fatima.
Merasa seperti dipenjara
Sementara itu, Ola baru berusia 13 tahun ketika orangtuanya membicarakan topik pernikahan. Setelah satu tahun bertunangan, Ola menikah di usia ke-14.
Source | : | Al Jazeera |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR