“Awalnya aku merasa bahagia karena membayangkan mengenakan gaun putih yang cantik. Aku berpikir bahwa pria itu akan mencintaiku dan kami menjalani kehidupan yang lebih baik. Ia akan membawaku ke mana pun yang aku mau. Aku pikir, dia akan mencintaiku lebih dari keluarganya sendiri,” Ola mengenang kembali perasaannya ketika sang orangtua memberi tahu tentang pernikahan.
Namun sayangnya, setelah menikah, hubungan suami istri baru tersebut memburuk dengan cepat.
“Dia tidak memiliki pekerjaan dan bergantung pada keluarganya. Aku tidak tahu kalau keadaannya seperti itu. Setelah pernikahan, kami sering bertengkar karena dia tidak bekerja,” cerita Ola.
“Keluarga suamiku juga ikut campur dalam rumah tangga kami dan itu menimbulkan masalah. Mereka membantah semua perkataanku. Aku harus memasak, mencuci, membersihkan rumah dan sehari-hari tinggal di dapur…..
Rasanya seperti dipenjara. Aku tidak bisa bebas,” tambahnya.
Baca juga: Dampak Pemisahan Anak-anak Imigran dari Orangtuanya: Stres Permanen
Ola merasa beruntung karena belum memiliki anak. Gadis berusia 17 tahun ini sudah sering pergi ke pengadilan Yordania untuk bercerai. Namun, suami dan keluarganya menghilang dan kasus perceraiannya pun dihentikan.
Ola mengatakan, ia sangat menyesal menikah muda karena tidak bisa menyelesaikan sekolah.
“Tidak ada seorang pun yang harus menikah secepat itu. Anda tidak perlu mendengar suami berulang kali mengatakan apa yang harus dilakukan. Lebih baik menjalani hidup seorang diri sebelum menikah karena mungkin tidak akan mendapatkan kesempatan yang sama lagi setelahnya,” kata Ola.
“Kehidupan wanita pasti jauh lebih baik sebelum menikah karena dia tidak berkomitmen pada apa pun,” pungkasnya.
Source | : | Al Jazeera |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR