"Anda akan melihat mereka [militer] di mana-mana. Mereka bukan hanya pertahanan negara, tetapi juga bagian dari keseluruhan identitas Korut," kata fotografer National Geographic, David Guttenfelder.
David Guttenfelder/National Geographic Creative, AP
Kelompok paduan suara Korea Utara bernyanyi saat konser di Pyongyang.
Para tentara terlibat dalam pembangunan dan proyek infrastruktur, dan Guttenfelder memotret betapa pentingnya mereka dalam kehidupan sehari-hari di Pyongyang. Guttenfelder, satu dari sedikit orang barat yang menghabiskan waktu lama di Korut — dari 2000 hingga sekarang, diundang ke pertunjukan Pertandingan Massa dan parade militer serta artileri.
Tentara Korea Utara berbaris di depan warga sipil yang melambaikan bunga saat sebuah pawai militer m
Setiap orang punya peran dalam acara tersebut, termasuk para penonton, yang menggunakan buku bolak-balik berwarna untuk membuat mosaik raksasa dari tribun. Gambar-gambar tersebut merupakan penghormatan kepada pemimpin negara, atau hanya militer pada umumnya.
David Guttenfelder/National Geographic Creative, AP
Korea Utara membalik halaman buku berwarna untuk menciptakan mosaik massal saat pertunjukan Pertandi
David Guttenfelder/National Geographic Creative, AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, melambai di Istana Memorial Kumsusan di Pyongyang setelah meninjau
Warga Korea Utara menunggu kedatangan bus di halte dengan dinding latar belakang yang menampilkan la
Gambar-gambar yang dipotret oleh Ed Jones ini menampilkan penduduk Korut saat sedang menunggu di halte bus di Kota Pyongyang. Meski ekspresi jemu pada wajah mereka sama dengan ekspresi penumpang bus di mana pun di seluruh dunia, halte busnya justru sedikit berbeda di Korut. Bukannya menampilkan iklan atau grafiti, layar di halte justru menampilkan pemandangan alam atau perkotaan yang indah dan menakjubkan.
Bus merupakan sarana transportasi umum yang paling banyak digunakan di Ibu Kota Korut, sementara mobil pribadi justru cukup langka terlihat. Tiketnya seharga 5 Won, atau setara Rp 74,-, atau bisa dikatakan nyaris gratis.
4. Di bawah ancaman gunung berapi yang sewaktu-waktu bisa erupsi
David Guttenfelder/AP via National Geographic
Awan melayang di atas puncak Gunung Paektu, seperti yang terlihat dari Provinsi Ryanggang di Korea U
Gunung Paektu yang indah dan dianggap suci oleh warga Korut, telah bergemuruh dalam beberapa tahun terakhir. Seribu tahun silam, Gunung Paektu mengalami erupsi yang tercatat sebagai salah satu letusan terbesar dalam sejarah manusia yang tercatat. Erupsi tersebut melontarkan bebatuan berderak dan abu vulkanik hingga mencapai Jepang.
Di luar ledakan dahsyat tersebut, Gunung paektu atau Changbai dalam bahasa China, tetap misterius. Hanya sedikit orang luar yang mengetahui keberadaan gunung tersebut, dan tak ada seorangpun yang tahu, apakah, atau kapan, gunung setinggi 2.743 mdpl tersebut akan meletus lagi.
5. Ada elemen kemewahan dalam kehidupan sebagian penduduk Korut
David Guttenfelder/National Geographic
Pemimpin Tertinggi Kim Jong-un telah meminta kebangkitan olah raga atletik. Salah satu bentuk olahra
Kehidupan di Korea Utara tak melulu suram dan penuh malapetaka. Resor ski mewah dan sepatu roda begitu populer di kalangan elit Korut. Selama bertahun-tahun, fotografer National Geographic David Guttenfelder menangkap peningkatan popularitas sepatu roda sebagai bagian dari atletik dan rekreasi yang terjadi sejak Kim Jong Un menduduki kursi pemimpin tertinggi pada tahun 2011.
"Saya tidak bisa menghitung jumlah arena sepatu roda di Ibu Kota dan kota-kota lain," kata Guttenfelder. "Sebagian besar pemainnya adalah masyarakat elit, tetapi ini benar-benar menyebar ke seluruh negeri, semacam panggilan mendadak agar orang-orang keluar rumah dan bermain serta rekreasi," lanjutnya.
6. Sistem kereta bawah tanah di Pyongyang sangat terencana dan rinci
Elliott Davies via National Geographic
Sebuah kereta ditarik ke Stasiun Puhung. Salah satu tempat pemberhentian yang paling mewah, Puhung a
Awalnya, hanya ada dua pemberhentin sistem kereta bawah tanah yang dibuka untuk wisatawan. Tapi kemudian pemerintah membuka ketujuh belas pemberhentian untuk wisatawan di akhir 2015. Hasilnya cukup mengejutkan.
Elliott Davies via National Geographic
Metro Pyongyang adalah salah satu sistem kereta bawah tanah terdalam di dunia. Naik eskalator ke pla
Melody Rowell menulis dalam artikel National Geographic bahwa para penumpang yang berada hampir 100 meter di bawah tanah, ditemani dengan lagu-lagu kebangsaan patriotik yang diputar melalui pengeras suara antik. Kereta-kereta meluncur melewati pintu baja tebal yang membuat stasiun berfungsi ganda sebagai bunker ketika terjadi bencana nuklir. Tiap-tiap stasiun diberi nama bukan untuk tengara geografis, melainkan sebuah kata kunci sosialis. Stasiun-stasiun menampilkan beberapa kombinasi patung emas Kim Il Sung, mural mosaik yang detail, plakat perunggu yang memperingati kemenangan militer Korea Utara, dan lampu gantung aneh.
Sebuah mural di Stasiun Yonggwang menampilkan Kim Jong Il, Pemimpin Tertinggi dari tahun 1994-2011,
Elliott Davies via National Geographic
Potret ayah dan anak Pemimpin Tertinggi Kim Il Sung dan Kim Jong Il menggantung di setiap kereta, se
"Setiap stasiun menyuguhkan hal-hal yang pemerintah ingin semua orang yang ada di Korea Utara mendengarkannya, dan segala sesuatu yang bisa membuat mereka semua terindoktrinasi," kata travel blogger sekaligus pengembang peranti lunak asal Australia, Elliot Davies. "Itu juga bagus untuk para turis. Seluruh perjalanan di Korea Utara bersifat politis. Mereka ingin Anda keluar dari sisi lain dan berkata 'Kamu tahu? Korea Utara tidak seburuk itu!'"
KOMENTAR