Jika penelitian memberi tahu kita bahwa ingatan awal ini sangat tidak mungkin, dan kita telah mengesampingkan penjelasan tentang perkiraan usia yang salah, lalu mengapa orang-orang, termasuk saya, memiliki ingatan awal tersebut?
Benar-benar fiksi?
Kami berkesimpulan bahwa ingatan ini mungkin fiktif—yaitu bahwa mereka tidak pernah benar-benar terjadi. Barangkali, daripada mengingat kembali peristiwa yang pernah dialami, kita mengingat kembali citra dari foto, film rumah, cerita yang dibagi keluarga atau peristiwa dan kegiatan yang sering terjadi pada masa bayi. Fakta-fakta ini kemudian, kami duga, berkaitan dengan beberapa citra visual yang terpisah-pisah dan dikombinasikan bersama untuk membentuk dasar dari ingatan awal fiktif ini. Seiring waktu, kombinasi citra dan fakta mulai dialami sebagai ingatan.
Meskipun 40% peserta dalam penelitian kami mengingat ingatan fiktif ini, hal itu sama sekali tidak mengejutkan. Teori ingatan kontemporer menyoroti sifat konstruktif dari ingatan; ingatan bukan “catatan” peristiwa, melainkan representasi psikologis diri di masa lalu.
Dengan kata lain, seluruh ingatan kita memiliki beberapa tingkat fiksi—memang, ini tanda dari kerja sistem ingatan yang sehat. Tapi barangkali, untuk alasan yang belum diketahui, kita memiliki kebutuhan psikologis untuk menjadikan fiksi ingatan dari saat-saat kehidupan kita yang tidak dapat kita ingat. Untuk saat ini, “cerita” ini masih misteri.
Lucy V Justice, Lecturer in Psychology, Nottingham Trent University; Martin Conway, Professor of Cognitive Psychology, City, University of London, dan Shazia Akhtar, Postdoctoral researcher, University of Bradford
Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR