Nationalgeographic.co.id - Batu safir sudah ditemukan di wilayah Ankeniheny-Zahamena Corridor atau disingkat CAZ sejak tujuh tahun lalu. Namun, sayangnya, sejak 2016, puluhan ribu penduduk Madagaskar mulai mencabut pohon, membuat irigasi ilegal dan akhirnya membanjiri CAZ. Tindakan tersebut dilakukan agar mereka lebih mudah mengambil batu safir yang ada di sana.
Diketahui bahwa 70% masyarakat Madagaskar hidup dalam kemiskinan. Oleh sebab itu, mereka berharap dapat menemukan batu permata yang dapat membantu keluar dari kemiskinan.
Baca Juga : Superbloom, Ketika Gurun Kering Dipenuhi Bunga-Bunga Bermekaran
Selain merusak hutan, aksi ini juga mengancam kepunahan lemur. Sekitar 90% habitat lemur telah hilang akibat habisnya pohon dan aktivitas manusia. Banyaknya pohon yang hilang membuat lemur semakin mudah terlihat dan menjadikannya sasaran empuk bagi para pemburu.
Jonah Ratsimbazafy dari kelompok spesialis primata Madagaskar dan IUCN mengatakan, banyak orang tidak peduli jika itu adalah wilayah dengan hewan dilindungi.
"Tanpa hutan, lemur tidak akan bisa hidup. Tidak ada jangka panjang (bagi lemur)," tambah Ratsimbazafy.
Indri adalah salah satu jenis lemur terbesar di Madagaskar dengan tinggi sekitar 70 sentimeter yang terancam punah akibat habisnya habitat. Butuh puluhan meter hutan untuk dijadikan tempat tinggal bagi satu keluarga Babakoto (sebutan lain lemur indri) yang terdiri dari dua hingga lima lemur.
Baca Juga : Boeing Tunda Peluncuran 777X Setelah Jatuhnya Pesawat Ethiopian Airlines
Lemur juga tinggal di pohon yang bersampingan (dekat) dan mereka tidak akan sembarangan turun melintasi tanah terbuka untuk mencari makan, berkomunikasi atau mencari pasangan.
Jika penambangan tidak berhenti, akan semakin banyak spesies lemur lainnya yang terancam punah seperti lemur cokelat atau lemur bambu emas yang hanya ada di Madagaskar.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Nathania Kinanti |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR