“Kadang bisa masak sampai jam tujuh atau delapan malam untuk menyiapkan menu esok hari. Kalau baru dibuat paginya takut tidak sempat,” cerita Ice.
Satu paket makanan yang diberikan kepada anak-anak kurang gizi biasanya meliputi nasi, lauk pauk, sayur, buah-buahan, dan camilan. Menu seperti sayur pakcoy, ayam teriyaki, sup, perkedel tahu, dan bubur kacang ijo––dibuat berdasarkan rekomendasi gizi dari Puskesmas setempat.
Sayangnya, terkadang ada beberapa menu yang tidak disukai oleh anak-anak, sehingga mereka enggan untuk memakannya. Melihat hal ini, pengurus OMABA harus putar otak untuk memodifikasi menu menjadi lebih menarik.
Agar anak-anak lebih menyukai sayur misalnya, mereka memasak nasi campur berisi sayuran dan kue dari wortel. Selain itu, OMABA pun berkreasi membuat puding dari ikan. Siapa sangka, menu tersebut sekarang menjadi salah satu santapan paling favorit balita di Kecamatan Gedebage sehingga nafsu makan mereka meningkat.
Lebih mandiri
Upaya Vita dan teman-temannya dalam mengentaskan gizi buruk tersebut menarik perhatian CSR Pertamina TBBM Bandung Group. Sejak tahun 2014, mereka memutuskan untuk membantu mengembangkan program OMABA.
OMABA kemudian mendapatkan pelatihan-pelatihan dan perlengkapan yang mereka butuhkan dalam kegiatan kesehariannya. Pertamina juga turut membantu kelancaran pendistribusian makanan sehat.
Kini, sudah tidak ada lagi anak-anak bergizi buruk di Cisaranten Kidul. Setelah mendapat makanan sehat dari OMABA, 22 anak yang tadinya mengalami gizi buruk dinyatakan sehat dan memiliki berat badan normal. Hanya ada sepuluh anak kekurangan gizi yang tersisa di Kecamatan Gedebage saat ini.
Meski begitu, bukan berarti program OMABA terhenti. Selain masih memasak untuk anak-anak kekurangan gizi, ibu-ibu yang tergabung dalam OMABA, fokus mengembangkan bisnis makanan sehat.
Salah satu produk unggulannya adalah cake wortel, serta berbagai nugget dari sayuran, ayam, dan tempe yang tidak menggunakan pengawet sama sekali. Pada musim Lebaran, anggota OMABA akan membuat kue kastengel, nastar, putri salju, dan kacang goreng yang dibandrol dengan harga 50-80 ribu.
Baca Juga : Mengkhawatirkan, Mikroplastik Ditemukan dalam Garam dan Ikan di Indonesia
“Dengan sistem seperti ini, ibu-ibu wilayah Cisaranten Kidul bisa menjadi lebih mandiri,” kata Andi Ramadhan, Head Operation TBBM Bandung Group.
Sebagian keuntungan dari pemasaran produk makanan sehat tersebut nantinya akan digunakan untuk menyokong kegiatan OMABA.
Sebulan sekali, melalui Dapur Keliling (Darling), pengurus OMABA juga berkunjung ke setiap posyandu untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai makanan sehat. Mereka akan melakukan demo masak dan membagikan makanan bergizi untuk para balita. Tak jarang, banyak ibu-ibu yang bertanya resep makanan sehat tersebut agar bisa diterapkan di keluarganya masing-masing.
“Tujuan utama OMABA adalah bisa menyejahterakan dan menginspirasi warga setempat. Namun, selain itu, kami berharap agar program ini bisa direplikasi pemerintah sehingga tidak ada lagi kasus gizi buruk di wilayah-wilayah lain di Indonesia,” pungkas Andi.
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR