Sebuah riset memperkirakan satu orang terinfeksi 2019-nCoV bisa menulari 2,2 orang lainnya, sedangkan Maimuna Majumder dan koleganya dari Universitas Harvard memperkirakan satu orang menularkan kepada 2-3 orang.
Angka ini dianggap serupa dengan penularan kasus SARS sebelumnya, mengingat virus saluran pernapasan bisa menyebar melalui udara dan kontak dekat dengan penderita saat batuk, bersin, dan berbicara.
Pneumonia yang disebabkan oleh 2019-nCoV disebabkan oleh strain baru coronavirus, termasuk dalam genus betacoronavirus sebagaimana virus penyebab SARS dan MERS, biasa dijumpai pada hewan antara lain kelelawar dan hewan liar lainnya.
Secara genetik, 2019-nCoV ini mirip dengan coronavirus dari kelelawar (96,2% tingkat kemiripan), sedangkan SARS-CoV kemiripannya sekitar 79,5%. Sehingga dugaan terkuat yang menjadi inang virus tersebut adalah kelelawar.
Baca Juga: Kekebalan Tubuh 'Memudar', Orang Dewasa Ternyata Juga Butuh Vaksinasi
Berdasarkan laporan investigasi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina, kasus awal diduga disebabkan oleh infeksi dari hewan kelelawar (zoonosis) dan menular melalui paparan lingkungan di sekitar pasar hewan laut basah Hunan di Wuhan sebagai perantara.
Namun sampai kini belum ada bukti kuat mengenai hal ini dan bagaimana mekanismenya, apakah karena mengkonsumsi hewan atau berhubungan fisik dengan hewan tersebut.
Kondisi pasar di Cina yang menjual berbagai macam daging baik daging ternak atau hewan liar, termasuk kelelawar, berang-berang dan ular, sebagaimana kasus SARS sebelumnya, diduga sebagai sumber awal virus 2019-nCov.
Mengingat masih banyak misteri dan pertanyaan yang belum terungkap mengenai 2019-nCov, peneliti di berbagai bidang yang berkaitan dengan penyakit infeksi yang sedang terjadi di seluruh dunia telah dan masih berusaha untuk menemukan jawabannya melalui riset dan investigasi secara komprehensif.
Penulis: Krisna Nur Andriana Pangesti, Researcher at Virology Laboratory, National Institute of Health Research and Development (NIHRD), Ministry of Health Indonesia dan Hana A Pawestri, Researcher at Virology Laboratory, National Institute of Health Research and Development (NIHRD), Ministry of Health Indonesia
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR