Nationalgeographic.co.id – Pemandangan hijau terhampar luas di depan mata. Seorang pemuda naik ke atas gardu pandang untuk memanjakan matanya. Ia mengambil ponsel dan mengambil gambar berkali-kali termasuk berswafoto.
Sementara itu, sejumlah keluarga berpiknik. Ada pula pasangan yang sedang melakukan foto pre-wedding memanfaatkan instalasi spot selfie dengan latar belakang hamparan hijau yang sama.
Sayangnya, kegembiraan mereka harus berakhir ketika hujan deras tiba-tiba mengguyur. Begitulah sekelumit momen yang berlangsung pada akhir pekan di Bukit Wonopotro yang menjadi destinasi wisata alam unggulan di Boyolali, Jawa Tengah.
Lanskap hijau di sana, sayangnya hanya bisa dinikmati pada musim hujan. Kala musim kemarau, warna kuning coklat mendominasi pemandangan. Lokasi wisata yang berada di Dusun Glagahombo, Desa Blumbang, Kecamatan Klego, memang cukup tandus saat musim kemarau.
Baca Juga: Membelah Segara Anakan, Menilik Dusun Mandiri Energi di Pesisir Jawa
Adalah Widayanto, Lurah Dusun Glagahombo yang bersama-sama dengan anggota karang taruna desa tersebut yang berupaya menghijaukan Bukit Wonopotro hingga secantik sekarang.
Motivasi mereka saat itu adalah mengurangi risiko banjir, longsor, dan kebakaran di musim kemarau. Penghijauan dilakukan sejak 2014 dengan menanam pohon.
Mereka berpendapat, makin banyak pohon yang ditanam maka semakin bagus. Udara bersih dan sejuk pun bisa mereka nikmati sebagai bonus.
Perjuangan warga untuk melestarikan kendahan alam di Bukit Wonopotro rupanya diteruskan oleh para pemuda yang tergabung dalam Ikatan Muda Mudi Tanah Glagahombo (IMTAG) bersama dengan PT Pertamina (Persero).
Baca Juga: Ketika Budaya Bertemu Teknologi: Penari Kolok di Bali Adakan Pagelaran Virtual
Pada 2016, penanaman 1.000 pohon dilakukan sekaligus pembuatan kandang rusa. Proyek besar ini mengubah nasib Wonopotro.
Dulu, rusa liar berjenis rusa timor di bukit ini kerap diburu. Rusa ini memang cantik karena memiliki tubuh berwarna coklat dan berwarna putih pada bawah perut dan ekor. Statusnya sebelum penangkaran dibuat, berada di tingkat rentan, artinya tiga tingkat di bawah status punah.
“Rusa di Wonopotro sering diburu. Jadi kami mulai memikirkan cara untuk juga melestarikan hewan-hewan di sini,” ujar Dibyanto penasehat IMTAG saat ditemui Tim Pertamina dan National Geographic Indonesia, Minggu (15/11/2020).
Kehadiran kandang rusa menjadi salah satu bentuk sarana edukasi konservasi bagi wisatawan. Sementara, hutan menjadi habitat bagi hewan lain seperti ular sanca, kera, dan burung perkutut.
Baca Juga: Bangun Kesadaran untuk Tangani Sampah Puntung Rokok, Dimulai Dari Mana?
Selanjutnya, melalui dana desa dan aksi tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) Pertamina memberi sokongan tambahan.
Bantuan digunakan untuk membuat sarana dan prasarana pendukung seperti wahana permainan mandi bola, gedung serba guna, gardu pandang, perbaikan akses jalan, dan infrastruktur fisik lainnya guna mengembangkan Wonopotro sebagai kawasan wisata.
Sarana pembibitan beraneka tanaman obat juga tak luput menjadi bagian dukungan tersebut. Lahan kas desa seluas 1,6 hektare ini juga turut dikelola oleh warga setempat untuk memutar perekonomian lokal.
Meski begitu, melestarikan Wonopotro masih membutuhkan perjalanan panjang, terutama dalam hal peningkatan sumber daya manusia.
Baca Juga: Cerita Kobek Millenial Papua Sulap Tempurung Kelapa Jadi Benda Bernilai Tinggi
“Saat ini tenaga pengelolaan Wonopotro ada belasan orang. Kuantitas dan kualitas masih perlu ditingkatkan secara bersamaan. Percuma juga banyak tapi tidak mumpuni. Lebih baik sedikit tapi lebih terampil dan profesional”, ucap Dibyanto.
Difasilitasi oleh Pertamina, berbagai pelatihan digelar sepanjang 2019-2020. Mulai dari pelatihan manajemen pengelolaan kawasan wisata, pelatihan marketing media sosial, pelatihan pengelolaan flora dan fauna, pelatihan pembuatan silase, dan pelatihan trainer outbound.
Hasilnya, sepanjang tahun ini, tercatat tidak ada kasus perburuan liar yang terjadi. Selain itu, berbagai pelatihan yang diberikan telah membantu para warga untuk mendapat lapangan pekerjaan yang layak di daerah konservasi, hal ini turut didukung oleh banyaknya pengunjung yang datang ke dalam kawasan setiap tahunnya.
Tak hanya melestarikan alam
Tak hanya bergerak dalam konservasi alam, Pertamina juga turut mengembangkan program CSR melalui kehadiran Delivery Pelayanan Terpadu (Desyandu), Kampung Cerdas Peduli Anak Sejahtera (Kacer Patra), serta Sanggar Inspirasi Karya Inovasi Difabel (Srikandi Patra).
Baca Juga: Di Kulonprogo, Mereka yang Muda Upayakan Ketahanan Pangan
Dalam rangka tanggap pandemi Covid-19, Pertamina menyediakan Desyandu sebagai wadah untuk pelayanan kesehatan ibu hamil, menyusui, serta balita melalui kunjungan ke rumah-rumah warga yang berada di Desa Teras, Kecamatan Teras, Kab. Boyolali, Jawa Tengah.
Kegiatan ini dilakukan mengingat banyaknya balita dan ibu hamil tidak terpantau kesehatannya selama pandemi. Pelaksanaan kegiatan juga turut dipantau oleh tim satgas Covid bersama 60 orang kader posyandu aktif.
Asih, Bidan desa sekaligus anggota kader menyebut kehadiran kader kesehatan secara door-to-door dianggap cukup bermanfaat guna mencegah timbulnya risiko sakit pada ibu hamil maupun stunting balita.
“Setelah ada program CSR Pertamina, kami jadi lebih mudah memantau perkembangan ibu hamil dan balita. Program ini berkesinambungan, jadi stunting bisa dicegah lewat pemantauan, ” ujar Asih saat ditemui Tim National Geographic Selasa(17/11/2020).
Baca Juga: Manfaatkan Teknologi, Roh Tari Topeng Mimi Rasinah Bangkit di Tengah Pandemi
Untuk memudahkan Posyandu, CSR Pertamina menambahkan sebuah aplikasi berbasis website bernama Sistem Informasi Tumbuh Kembang (Sikembang). Asih juga mengungkapkan Sikembang menyediakan konten edukasi yang cukup lengkap, sehingga memudahkan ia dan warga dalam mengakses informasi kesehatan.
“Karena datanya virtual, begitu ada balita yang gizinya kurang atau lebih, saya bisa intervensi saat itu juga, webnya juga ada notifikasi. Jadi memudahkan kami sebagai tenaga medis,” ujarnya.
Hingga Juli 2020, 486 balita dan 42 ibu hamil berhasil mendapatkan pelayanan Kesehatan tiap bulannya. Program ini akan dilaksanakan hingga Desember 2020. Sebelumnya, pada 2019 CSR Pertamina juga telah memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana posyandu di Desa Teras.
Selain program kesehatan, CSR Pertamina juga menghadirkan program Kampung Cerdas Peduli Anak Sejahtera (Kacer Patra) yang berada di Desa Mojolegi, Kecamatan Teras, Kab Boyolali, Jawa Tengah. Keberadaan Kacer Parta turut diprakarsai oleh Nunung Permata Istiqomah, seorang guru sekaligus koordinator Kacer Patra.
Nunung menyebut, keberadaan Kacer Patra sudah ada sejak tahun 2018. Namun, di masa pandemi saat ini membuat aktivitas Kacer Patra semakin giat digalakkan, mengingat masih banyak anak berkebutuhan khusus yang terkendala pembelajaran online.
Pertamina saat ini juga menyediakan taman bacaan berisi buku untuk anak-anak usia sekolah. Sekaligus menyediakan sarana belajar untuk anak berkebutuhan khusus.
“Ada buku-buku, komputer, standar taman bacaan, semua lengkap. Semenjak pandemi, taman bacaan itu sekarang ramai, anak-anak juga suka belajar atau meminjam buku di sini,” ujar Nunung di hari yang sama.
Baca Juga: Perjalanan Tari Topeng Mimi Rasinah, Melintasi Zaman hingga Menghadapi Tantangan Pandemi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pun diakui Nunung sudah mulai berjalan secara bergiliran. Anak usia sekolah bisa kembali mengakses buku maupun internet dengan tetap menaati protokol kesehatan.
Para siswa di Kacer Patra juga mendapatkan bantuan 38 paket perlengkapan dan peralatan belajar mengajar dari Pertamina. Saat ini, setidaknya 38 siswa-siswi SD dapat memperoleh bimbingan belajar intensif dari 7 mentor yang ada di Kacer Patra.
Berada di dekat ring I, Pertamina juga turut memberdayakan para penyandang disabilitas agar bisa berkarya dan mandiri. Salah satunya melalui Sanggar Inspirasi Karya Inovasi Difabel (Srikandi Patra) di Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Kab Boyolali, Jawa Tengah
Dibentuk pada tahun 2017, keberadaan Srikandi Patra menjadi pionir pemberdayaan para difabel. Sebelumnya, Desa Tawangsari merupakan salah satu desa dengan penyandang disabilitas yang cukup banyak.
Sayangnya, kondisi ini tidak didukung oleh kesadaran warga akan potensi yang dimiliki oleh para penyandangnya. Para orangtua juga masih kesulitan dalam memberikan terapi bagi para penyandang disabilitas.
Melalui Semarak Difablepreneur Pertamina, para penyandang disabilitas tak hanya dibekali dengan keterampilan umum, mereka juga diberikan fasilitas berupa workshop untuk membatik, membuat rajutan hingga keterampilan usaha lainnya. Berbagai manfaat pun telah dirasakan oleh para penerimanya.
Baca Juga: Bepergian Jauh Lebih Nyaman dengan Mobil Besar, Mitos atau Fakta?
Koordinator Srikandi Patra Siti Patimah, menjelaskan kehadiran Srikandi Patra mampu memicu para difabel untuk terus berjuang dan memaksimalkan potensi yang ada dalam dirinya.
“Kemarin saja saya belajar membatik pake canting, itu sebulan lebih. Mereka malah cuma 20 harian sudah selesai, makanya semangatnya itu lebih tinggi dari kita,” ujar Siti saat ditemui Tim National Geographic Senin(16/11/2020).
Saat ini, kegiatan Srikandi Patra mulai menunjukan geliatnya, Klinik Batik yang ada di Desa ini menjadi salah satu tempat rujukan pelatihan membatik di dinas UMKM Boyolali.
Community Development Officer PT Pertamina (Persero) Nur Azharul Fuad, berharap, melalui kegiatan CSR ini, berbagai keterampilan dapat dilahirkan sebagai ciri khas dari desa ini. Selain itu, pihak Pertamina juga masih terus memberikan pendampingan bagi para pesertanya untuk berjualan melalui media sosial.
Baca Juga: Peran Kita Mengatasi Permasalahan Sampah Puntung
“Saat ini, kami masih berusaha untuk membimbing temen-temen dengan berbagai keterampilan. Kami juga memanfaatkan internet sebagai sumber referensi kegiatan. Harapannya ya semoga temen-temen memiliki keterampilan dan bisa menjual hasil karyanya,” kata Nur.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR