Nationalgeographic.co.id—Sebenarnya adalah hal yang biasa bahwa cacing tanah kerap muncul ke atas tanah atau trotoar jalan setelah hujan. Namun keberadaan cacing-cacing tanah di New Jersey, Amerika Serikat, baru-baru ini telah menampilkan sesuatu yang tidak biasa, yakni cacing tornado atau wormnado.
Menurut seorang penduduk Hoboken, New Jersey, dia sedang berjalan-jalan pagi di sebuah taman dekat Sungai Hudson ketika dia melihat ratusan cacing menyebar di trotoar pada akhir Maret lalu. Penduduk perempuan yang identitasnya tak disebutkan itu mengatakan kepada Live Science bahwa yang agak aneh adalah dia melihat pola aneh yang dibentuk oleh ratusan cacing itu. Pola itu adalah bentuk seperti siklon atau tornado, di mana cacing-cacing itu membuat spiral melingkar di tepi trotoar.
Science Times memberitakan perempuan tersebut sempat mengambil foto fenomena tornado cacing itu dan mengirimkannya ke Tiffany Fisher, yang merupakan Dewan Kota Hoboken. Tiffany Fisher kemudian membagikan foto tersebut ke Facebook dengan keterangan: "Jelas cacing-cacing keluar setelah hujan, tapi ini sesuatu yang belum pernah saya lihat!"
Baca Juga: Keindahan dalam Kebuasan, 70 Orca Memangsa Paus Biru di Tengah Laut
The Sun melaporkan, wormnado yang muncul di trotoar di Hoboken telah membingungkan banyak ilmuwan. Salah satunya adalah Profesor Kyungsoo Yoo dari Department of Soil, Water, and Climate di University of Minnesota. Ia mengatakan bahwa bentuk tornado yang dibentuk oleh cacing-cacing itu sangat menarik.
Ia menambahkan, ini pertama kalinya ia melihat cacing-cacing membentuk spiral seperti siklon atau tornado, meski cacing-cacing biasanya memang muncul di permukaan secara berkelompok setelah hujan.
Selain itu, pemimpin lab dan asisten profesor Saad Bhamia dari Georgia Tech mengatakan bahwa karena spesies cacing-cacing yang membentuk tornado cacing itu tidak diketahui, kesimpulan apa pun tentang mereka hanya akan menjadi spekulasi.
Baca Juga: 'Peta Kehidupan' Baru: Indonesia Punya Banyak Hewan Tak Dikenal
Banyak teori yang mencoba menjelaskan fenomena ini dan itu tersebar di situs-situs media sosial, termasuk teori penggembalaan cacing tanah. Mereka berkumpul membentuk spiral melingkar seperti tornado untuk menjaga dan menggiring satu sama lain agar semuanya berpindah ke tempat yang sama.
Menurut University of Wisconsin-Madison, cacing tanah bernapas melalui kulitnya. Jadi mereka keluar ke permukaan saat hujan membanjiri tanah dengan air, atau mereka akan tenggelam.
Meskipun mereka biasanya organisme soliter, LiveScience menjelaskan, cacing tanah terkadang membentuk kawanan ketika mereka berada di atas tanah untuk berkomunikasi satu sama lain tentang ke mana harus pindah.
Baca Juga: Cacing Pita 18 Meter Ditemukan dalam Perut Pria Pemakan Daging Mentah
Studi yang bertajuk "A New Case of Consensual Decision: Collective Movement in Earthworms" dari sekelompok peneliti ekologi dan statistik dari University of Liegemenjelaskan bahwa spesies Eisenia fetida akan membentuk cluster atau kelompok dan saling mempengaruhi untuk pergi ke satu arah saat bermigrasi. Mereka berkomunikasi dengan menyentuh ketimbang mengirimkan sinyal kimiawi ke hewan lain.
Perilaku kolektif ini, yang dikenal sebagai penggembalaan cacing tanah, membantu cacing tanah bertahan dari ancaman lingkungan seperti banjir dan berfungsi sebagai strategi pertahanan mereka terhadap patogen dan predator.
Teori lainnya mengaitkan fenomena tornado cacong baru-baru ini sebagai persiapan untuk Worm Moon, supermoon yang muncul pada 28 Maret lalu. Namun, fenomena alam ini bukanlah penjelasan yang mungkin untuk pembentukan tornado cacing tersebut.
Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon
Source | : | Live Science,Science Times,The Sun,University of Wisconsin-Madison |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR