Nationalgeographic.co.id—Di Seiocho Gagnam yang glamor di Seoul, Korea Selatan, para pembeli melihat-lihat dan membeli barang mewah. Kemudian, dengan ledakan keras, bangunan itu benar-benar runtuh di sekitar mereka.
Jika anda suka berbelanja di departemen store kelas atas, di salah satu bagian kota yang modis, maka Sampoong Department Store di Seoul adalah jawabanya. Ia terletak di daerah Seocho Gagnam
Konstruksi Sampoong dimulai pada 1987 dan selesai pada 1989. Setelah dibuka pada Juli 1990, bangunan besar berwarna merah muda cerah itu menarik sekitar 40.000 pengunjung setiap hari. Bangunan itu memiliki empat lantai bawah tanah dan empat lantai toko di atas tanah. Lantai lima gedung ini menampung sejumlah restoran tradisional Korea.
Bagi kebanyakan orang di gedung itu, pada Kamis 29 Juni 1995 sama seperti hari lainnya, kecuali AC saat itu dimatikan. Ini hal yang tidak biasa untuk Seoul dengan musim panas saat itu dan lembab. Yoo Ji-Hwan, salah satu karyawan toko mengingat seorang pelanggan yang marah. "Mengapa toko bergengsi seperti Sampoong tidak memiliki AC yang berfungsi?" Ingatnya di laman Great Disaster.
Para karyawan mendengar bahwa restoran di lantai lima telah tutup karena telah ditemukan retakan. Sorenya, lantai empat juga ditutup untuk kegiatan niaga. Namun, sisa-sisa toko masih buka karena masih melayani pelanggan-pelanggan yang usai bekerja.
Sekitar pukul lima sore, ada ledakan keras dari lantai atas. Beberapa menit kemudian terdengar ledakan lagi, kali ini lebih keras. Alarm gedung mulai berbunyi dan orang-orang mulai panik.
Park Seung-Hyun, seorang karyawan berusia 19 tahun kala itu menggambarkan momen tersebut.
"Dari seberang toko terdengar suara seperti kereta bawah tanah memasuki stasiun, dan ketika kami mendengar suara itu, orang-orang mulai berlarian kesana kemari. Tiba-tiba sepotong beton jatuh di kepala saya dan saya pingsan," ingatnya.
"Setelah saya terbangun, saya benar-benar dikelilingi oleh kegelapan dan semua sisi di sekitar saya tertutup. Tidak ada ruangan. Saya berteriak minta tolong dan menggedor pipa baja di samping saya, tetapi mereka tidak bisa mendengar saya dari luar," tambahnya.
Baca Juga: Laksamana Yi Sun-Shin: Strategi Pertempuran Laut dan Kapal Kura-Kura
Seorang teman Park bernama Seo Hye-Jin seharusnya menemuinya setelah bekerja. Tetapi dia melihat bangunan itu runtuh.
"Saya terkejut. Begitu banyak yang terluka dan berdarah. Orang mati dibawa pergi. Aku mulai mengacak-ngacak puing dengan tanganku. Saya terus menggali. Saya tidak tahu mengapa saya melakukannya, saya hanya perlu melakukan sesuatu," kena Seo Hye-Jin.
Tim penyelamat profesional dengan cepat berada di tempat kejadian. Ahn Kyung-Wook, seorang petugas pemadam kebakaran, ada di antara mereka.
"Dalam satu kata, itu adalah neraka. Itu membuat saya bertanya-tanya bagaimana ini bisa terjadi dalam masyarakat normal, bukan dalam kondisi perang. Saya merasa sia-sia dan sangat terkejut dengan proporsi bencana yang sangat besar," kenangnya.
Baca Juga: Ketika Perang Dingin Memecah Korea Menjadi Dua
Secara total, 502 orang tewas dan 937 lainnya terluka. Itu adalah bencana masa damai terbsar dalam sejarah Korea Selatan.
Profesor Lan Chung, seorang insinyur arsitektur dari Universitas Dankook, menjawab sebab runtuhnya bangunan itu.
"Setelah mengajar teknik struktur kepada beberapa ribu siswa, mau tidak mau saya merasakan tanggung jawab moral dan sosial sebagai seorang ahli. Jadi saya bergegas ke lokasi runtuhnya untuk bergabung dengan tim investigasi, mencoba menjelaskan bagaimana bencana ini bisa terjadi," kata Chung.
Seperti halnya investigasi bencana lainnya, penting untuk memperimbangkan semua kemungkinan penyebab dan menyingkirkan satu per satu sampai penyebab sebenarnya tersisa.
Awalnya, ledakan gas tampaknya mungkin terjadi - seorang karyawan toko telah melaporkan bau gas beberapa hari sebelum keruntuhan. Namun, kebakaran yang terjadi setelah keruntuhan tidak konsisten dengan ledakan gas.
Baca Juga: Bangkitnya Perfilman Korea Selatan Sebagai Identitas Nasional
Dalam sifat keruntuhan juga tidak menjelaskan adanya bom yang diduga penyebab keruntuhan dari Korea Utara. Namun, spekulasi itu beredar karena Seoul hanya berjarak 56 kilometer dari perbatasan Korea Utara dan hubungan mereka masih tegang sejak berakhirnya Perang Korea pada 1953. Sebelumnya, agen Korea Utara juga menewaskan 115 orang atas pemboman penerbangan Korean Air pada 1987.
Profesor Hyungsik Chung dari Universitas Hanung berkata penyebab keruntuhan lainnya.
"Ada dua alasan utama keruntuhan. Salah satunya adalah bagaimana struktur itu dibangun dan yang lainnya adalah fondasinya... Jika fondasinya lemah, bangunan itu bisa mengendap atau mulai tenggelam, dan jika bangunan itu mengendap, strukturnya akan rusak."
Sampoong Department Store dibangun di atas lahan yang sebelumnya merupakan tempat pembuangan sampah. Jika tanah itu tidak direklamasi dengan tepat, fondasinya dapat dengan mudah dikompromikan.
Namun, ketika penyelidik mengambil serangkaian sampel inti dari tanah untuk memeriksa stabilitas fondasi, mereka menemukan bahwa itu bukan penyebabnya.
Baca Juga: 70 Tahun Berlalu, Kisah Perang Korea yang Belum Berakhir Hingga Saat Ini
Manajer fasilitas, Mr Lee, mengatakan kepada tim investigasi bahwa ada masalah signifikan sebelum hari keruntuhan. Pagi itu, dia dipanggil ke salah satu restoran lantai lima karena ada retakan seukuran kepalan tangan pria. Di bagian lain di lantai lima, lantai terlihat melengkung dan beberapa staf dapur melaporkan mendengar suara retak dari langit-langit.
Manajemen gedung membawa seorang insinyur sore itu, dia telah mengambil gambar dari retakan dan tonjolan. Menurut beberapa sumber, dia mengatakan kepada staf senior bahwa bangunan itu baik-baik saja, yang lain mengatakan bahwa dia menyarankan mereka untuk mengevakuasi gedung, tapi diabaikan.
Dua tahun sebelumnya, tiga unit AC besar di atap telah dipindahkan. Meski sangat berat, mereka tidak mengangkatnya dengan crane. Sebaliknya, mereka ditempatkan di atas rol dan diseret melintasi atap. Retakan pun terlihat tertinggal.
Dari hasil temuan penyelidikan, tuntutan pidana diajukan ke beberapa anggota manajemen senior Grup Sampoong.
Ketua Lee Joon didakwa dengan kelalaian kriminal dan diberi hukuman penjara sepuluh setengah tahun. Ia mendapat hukuman tujuh setengah tahun setelah banding dan meninggal pada 2003 setelah tak lama bebas.
Baca Juga: Berpura-pura Mati, Cara Warga Korea Selatan Menghargai Hidup
Source | : | Great Disaster |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR