Di Sulawesi, sisik penyu bersama teripang menjadi komoditas para pelaut untuk diperdagangkan. Penyu banyak diperoleh di Marege, sebutan orang Makassar untuk kawasan Australia Utara.
Sisik penyu menjadi bahan pembuatan perhiasan seperti gelang, cincin, bingkai kacamata, dan sisir. Dagingnya juga dikonsumsi baik di upacara maupun logistik pelayaran. Karena penyu hidup bisa hidup berminggu-minggu tanpa makan dan minum, ideal untuk pelajaran jarak jauh. Daging penyu tidak perlu diawetkan, berbeda dengan kambing, domba, atau sapi.
Sampai tahun 80-an, pelaut-pelaut Mandar masih rutin membawa penyu hidup ke Bali. Adrian Horridge dalam buku The Prahu memperlihatkan perahu pakur dari Majene yang berlabuh di pelabuhan Benoa, Bali yang membawa penyu dalam palkanya.
Baca Juga: Keindahan Migrasi Puluhan Ribu Penyu yang Tertangkap Kamera Drone
Kiwari ini, meski termasuk hewan dilindungi, penyu masih diburu untuk diambil sisik dan dagingnya, begitu juga telurnya. Penyu juga dianggap hama bagi nelayan karena kadang mereka menangkap/menggigit ikan yang ada di pukat. Gigitan penyu atau penyu yang tersangkut di pukat akan merobek jala.
Bagi pembudidaya rumput laut, penyu dianggap merugikan karena memakan rumput laut.
"Saat nelayan mendapati penyu sedang memakan rumput laut, terkadang nelayan tidak berpikir panjang. Ia ambil kayu langsung memukulnya. Mengakibatkan karapas atau pundaknya pecah," kata Ridwan.
Baca Juga: Berbau Seperti Makanan, Alasan Penyu Kerap Mengonsumsi Sampah Plastik
Menurut Ridwan, penyu merupakan satu-satunya hewan laut yang bisa membawa "unsur hara" ke darat, yakni cangkang telurnya.
Itu berperan menyuburkan vegetasi pesisir. Hal lainnya, penyu sisik mengonsumsi sponge di komunitas terumbu karang, ini penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di terumbu karang.
Lamun, yang jadi pakan utama mereka, menjadi subur karena dimakan penyu dan distribusi penyebaran komunitasnya terbantu karena itu.
"Baik terumbu karang maupun lamun, itu berperan penting dalam ekologi pesisir, sebab keduanya (termasuk mangrove) berfungsi sebagai tempat memijah beberapa jenis ikan. Mereka kecil sampai remaja di situ dan saat dewasa ke perairan lepas. Jadi kalau keduanya rusak, itu akan berpengaruh pd keseimbangan alam yang ujung-ujungnya berdampak pada manusia," kata Ridwan.
Baca Juga: To Manurung, Sosok, dan Falsafah Demokrasi Ciri Khas Sulawesi Selatan
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR