Milpa Alta bermakna ‘ladang jagung tinggi’, dan identitasnya telah dikaitkan dengan pertanian sejak masa pra-Hispanik. Jagung merupakan komoditas utama di sini hingga 1930-an. Tahun itu, para petani beralih menanam nopal, kaktus pir berduri yang menjadi bahan utama masakan Meksiko, yang lebih tahan cuaca kering. Bisnis lainnya yang marak adalah produksi barbacoa, daging domba panggang yang dimasak perlahan dengan cara kuno, yakni menempatkan biri-biri atau domba utuh di dalam tungku tanah liat berlapis daun maguey berduri (kaktus agave). Karena kota ini berjarak sekitar 27 kilometer dari pusat Mexico City, para produsen menjual masakan mereka kepada para penduduk pinggir kota yang rela membayar mahal.
Milpa Alta merupakan wilayah termiskin di Mexico City. Hampir setengah penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan. Tetapi, siapa pun yang lahir dan dibesarkan di sana, seperti Juan Carlos Loza Jurado, mempertanyakan pentingnya statistik ini. Apa arti kemiskinan, tanyanya, jika setiap anggota keluarga besar, baik yang memiliki pekerjaan atau pengangguran, tidak kekurangan makanan dan bentuk dukungan lainnya setiap hari? Apa arti kemiskinan jika kota mereka mampu menggelar banyak perayaan dalam setahun?
Loza, akademisi dengan spesialisasi di bidang kajian pedesaan, memandang masyarakatnya dari perspektif pribadi dan akademisi, dan berpendapat bahwa kohesi sosialnya luar biasa kuat. “Warga Milpa Alta memiliki cara pandang sendiri. Lingkungan, jenis relasi sosial mereka, hal-hal tersebut menjadikan kehidupan mereka lebih baik. Orang-orang kerap mengatakan, “Kami lebih baik di sini.”
Pernyataan itu diperkuat oleh angka migrasi ke Amerika Serikat yang rendah. Nilai-nilai tradisional memperkaya kehidupan sehari-hari, dan puncaknya adalah makan bersama.
“Dalam pengalaman saya terdapat perekat, ikatan, yang muncul berkat waktu yang dihabiskan bersama-sama di meja makan,” kata Josefina García Jiménez, dari keluarga peternak domba. Wanita yang kerap memasak untuk keponakan-keponakannya ini mengungkapkan, “Rasanya seperti mewariskan tradisi, dan setelah mereka dewasa nanti, mereka akan mengingat apa yang dahulu saya lakukan. Di sini kami punya waktu untuk memasak, memikirkan bahan-bahan yang diperlukan, dan menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak kami melalui masakan.”
Seperti kebanyakan orang Meksiko lainnya, Josefina menyukai sobremosa—rentang waktu setelah makan ketika seluruh keluarga, tanpa dalih, tetap duduk dan mengobrol. Ini adalah waktu untuk mengakui aib, bercanda ria, dan bergunjing. Saat masih kanak-kanak, Loza melahap kisah-kisah tentang penyihir atau nahual di meja makan; paman-pamannya menggambarkan kemampuan para nahual untuk berubah wujud menjadi keledai, kalkun, anjing. Dalam sobremosa meluncurlah kesaksian tentang mukjizat dan ramalan dari peziarahan pada masa lampau, ketika orang-orang masih membawa suplai ke Chalma menggunakan kuda. Meja makan adalah tempat sejarah Milpa Alta diwariskan.
!break!
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR