Keseimbangan simpatovagal dapat menyebabkan penurunan denyut jantung yang penting dalam persiapan fase tidur. Aktivitas ini sama dengan olahrga yang dapat mengatur mentabolisme tubuh.
"Temuan ini juga sesuai dengan penelitian terbaru tentang meditasi," tulis para peneliti. "Selama salat, menunjukkan bahwa salat menghasilkan perubahan positif dalam fungsi otak dan kesejahteraan manusia. Perubahan ini berhubungan dengan peningkatan komponen parasimpatis dan penurunan komponen simpatis di ANS (saraf sitem otonom)."
Mereka menjelaskan, bahwa kombinasi aktivitas parasimpatis yang rendah, dengan aktivitas simpatik yang rendah, membuat interkasi antara sistem saraf pusat dan ANS. Akibatnya dapat mendorong relaksasi dan meminimalkan kecemasan bagi seseorang yang rutin salat.
Baca Juga: Studi Ungkap Seberapa Banyak Kalori yang Terbakar Saat Salat 5 Waktu
Sedangkan penelitian Shabbir Ahmed Sayeed dan Anand Prakash, peneliti Ibn Sina National College for Medical Studies, Arab Saudi dalam temuannya di Indian Journal Psychiatry (2003), menemukan bahwa zikir juga termasuk meditasi.
Lewat kegiatan ini, individu mengingat, memuliakan, dan bersyukur atas rahmat Tuhan. Kegiatan ini memberi kedamaian dan ketenangan batin dan pikiran individu.
"Sesungguhnya, manusia diciptakan dengan sifat keluh kesah. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Apabila ia ditimpa kebaikan dia akan sangat kikir. Kecuali mereka yang salat, yaitu yang khusyuk terhadap salatnya," tulis Sayeed dan Prakash mengutip ayat Alquran.
Baik dalam penelitian meditasi Buddhisme dan salat, para ilmuwan sepakat bahwa kegiatannya berkhasiat untuk mencegah penyakit alzhaimer. Seperti penelitian meditasi mindfullness yang dipaparkan sebelumnya.
Baca Juga: Bagaimana Astronaut Menjalankan Puasa dan Salat di Luar Angkasa?
Source | : | Science News |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR