Sungguh sial nasib Shigenori, pesawatnya harus mendarat darurat karena tangki bahan bakarnya bocor. Rawannya, dia membawa peta, kode, dan rencana pertempuran yang diperingatkan agar tidak boleh jatuh ke tangan musuh. Ketika mendarat dengan kasar—roda pesawatnya menabrak kawat, tersangkut, dan menghantam tanah—sehingga dia pingsan.
Warga setempat bernama Howard Kaleohano menemukannya. Berhubung Shigenori belum siuman, ia mengambil surat-surat penting dan senjata milik si pilot. Baru kemudian Howard menyeretnya keluar pesawat. Ketika Shigenori siuman, mereka berdua bingung bagaimana caranya berkomunikasi.
Untungnya, di sana ada seorang peternak lebah keturunan Jepang-Amerika bernama Ishimitsu Shintani, dan pasangan bernama Yoshio dan Irene Harada. Tiga orang ini tidak tahu bila perang telah pecah di Pasifik, dan baru tahu ketika bertemu Shigenori setelah dipanggil oleh Howard.
Alangkah terkejut ketiga orang Jepang-Amerika itu, mereka memilih diam untuk tidak menyebarkan kabar ke warga setempat lainnya tentang apa yang telah terjadi. Mereka malah mengadakan pesta dengan api unggun, bahkan Shigenori sempat-sempatnya bermain gitar dan membawa lagu berbahasa Jepang.
Baca Juga: Sejarah Mencatat, Belanda Pernah Berhubungan Baik Dengan Jepang
Dia sangat yakin kapal selam Kekaisaran Jepang akan datang menjemputnya. Padahal kapal selam yang ditunggu itu telah dipesan untuk misi di tempat lain, tepat setelah dia mendarat.
Shigenori kemudian meminta tolong pada penduduk keturunan Jepang untuk mencari surat-suratnya. Tak lupa juga mencoba menyuap Howard untuk menyuap 200 dolar AS demi mendapatkannya. Tapi Howard menolak, dia merasa curiga tentang isi surat-surat itu.
Bersama Yoshio, Shigenori merebut senjata api dari gudang persedian, dan mendatangi Howard. Surat-surat itu sudah dipindah dan disembunyikan Howard ke rumah ibu mertuanya. Kesal tak mendapatkannya, mereka berdua membakar rumah, dan menyandera beberapa orang, yang membuat penduduk setempat kabur ke dalam hutan.
Salah satu penduduk ada yang menyalakan api isyarat untuk memberi tahu orang Hawaii di pulau terdekat—Kuai—bahwa mereka membutuhkan bantuan.
Baca Juga: Berebut Ladang Minyak, Lelakon Perang Dunia Kedua di Kilang Palembang
Source | : | History |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR