Nationalgeographic.co.id—Great Barrier Reef di Australia memang terkenal dengan terumbu karangnya yang besar-besar dan cantik. Namun, ada temuan karang baru di sana yang diidentifikasi oleh para peneliti sebagai karang terlebar dan salah satu yang tertua di Great Barrier Reef.
Adam Smith, ahli ekologi karang dari James Cook University, dan dua rekannya menjelaskan temuan mereka tersebut dalam sebuah tulisan yang terbit di The Conversation pada 20 Agustus 2021. Sehari sebelumnya, pada 19 Agustus 2021, laporan penelitian ilmiah mereka atas karang raksasa tersebut juga telah diterbitkan di jurnal Scientific Reports.
Dalam artikel di The Conversation, mereka memaparkan bahwa para perenang yang sedang snorkeling di Great Barrier Reef tak sengaja telah menemukan karang besar itu. Karang itu berusia lebih dari 400 tahun dan diperkirakan telah bertahan dari 80 badai besar, banyak peristiwa pemutihan karang (coral bleaching), dan berabad-abad terpapar ancaman lainnya.
"Tim kami mengamati struktur hemispherical itu, yang terdiri dari hewan-hewan laut kecil dan kalsium karbonat, dan menemukan bahwa itu adalah karang terlebar di Great Barrier Reef, dan salah satu yang tertua," jelas mereka.
Karang besar itu dtemukan di lepas pantai Goolboodi (Pulau Orpheus), bagian dari Kelompok Pulau Palm di Queensland. Orang-orang Manbarra, para penjaga tradisional wilayah tersebut, menyebut struktur karang itu sebagai Muga dhambi, yang berarti “karang besar”.
Baca Juga: Taman Karang Ditemukan di Laut Dalam Greenland Untuk Pertama Kalinya
Untuk saat ini, Muga dhambi dalam kondisi kesehatan yang relatif baik. Namun perubahan iklim, penurunan kualitas air, dan ancaman lainnya telah berdampak pada semua karang di Great Barrier Reef. Para ilmuwan, pemilik tradisional, dan pihak lainnya harus mengawasi struktur karang yang luar biasa dan tangguh itu untuk memastikannya tetap lestari bagi generasi mendatang.
Muga dhambi terletak di daerah laut yang relatif terpencil, jarang dikunjungi, dan sangat dilindungi. Karang ini ditemukan selama penelitian sains warga (citizen science) pada bulan Maret tahun ini, di sebuah lereng karang tidak jauh dari pantai.
"Kami melakukan tinjauan literatur dan berkonsultasi dengan para ilmuwan lain untuk membandingkan ukuran, usia, dan kesehatan struktur itu dengan (struktur karang) yang lain di Great Barrier Reef dan di dunia internasional," kata Smith dan rekan-rekannya.
"Kami mengukur struktur itu setinggi 5,3 meter dan lebar 10,4 meter. Ini membuatnya lebih lebar 2,4 meter dari karang Great Barrier Reef terlebar yang sebelumnya diukur oleh para ilmuwan."
Baca Juga: Pemanasan Global Mengubah Great Barrier Reef
Muga dhambi adalah dari genus karang Porites dan merupakan salah satu dari kelompok besar karang yang dikenal sebagai "porites besar". Warnanya cokelat sampai krem dan terbuat dari polip-polip kecil berbatu.
Polip-polip ini mengeluarkan lapisan kalsium karbonat di bawah tubuh mereka saat mereka tumbuh sehingga membentuk dasar di mana terumbu tercipta.
Ketinggian Muga dhambi menunjukkan usianya antara 421 dan 438 tahun. Jadi, ia terbentuk jauh sebelum masa eksplorasi Eropa dan pemukiman Australia. "Kami membuat perhitungan ini berdasarkan tingkat pertumbuhan karang batu itu dan suhu permukaan laut tahunan," jelas Smith dan kawan-kawan.
Institut Ilmu Kelautan Australia (Australian Institute of Marine Science) telah menyelidiki lebih dari 328 koloni karang Porites masif di sepanjang Great Barrier Reef. Mereka menemukan bahwa yang paling tua berusia sekitar 436 tahun. Lembaga ini belum menyelidiki usia Muga dhambi, tetapi dengan data yang ada, struktur karang itu mungkin salah satu yang tertua di Great Barrier Reef.
Porites besar lainnya yang relatif besar sebelumnya telah ditemukan di seluruh Pasifik. Satu koloni yang sangat besar di Samoa Amerika berukuran 17 meter kali 12 meter. Porites besar lainnya juga telah ditemukan di dekat Taiwan dan Jepang.
Baca Juga: Film yang Membuat Setiap Orang Bisa Selamatkan Terumbu Karang Dunia
Smith dan rekan-rekannya terpukau terutama karena usia dan ketahanan karang besar ini. "Kami meninjau peristiwa lingkungan selama 450 tahun terakhir dan menemukan Muga dhambi luar biasa tangguh. Karang ini telah bertahan dari hingga 80 topan besar, banyak peristiwa pemutihan karang, dan berabad-abad terpapar spesies invasif, air surut, dan aktivitas manusia," kata mereka.
Sekitar 70% dari Muga dhambi terdiri dari karang hidup, tetapi 30% sisanya mati. Bagian yang mati ini, yang terletak di bagian atas struktur karang itu, tertutupi dengan spons hijau, ganggang rumput, dan ganggang hijau.
Jaringan karang dapat mati karena paparan sinar matahari pada saat air surut atau air hangat. Karang mati dapat dengan cepat dijajah oleh sejumlah organisme oportunistik yang tumbuh cepat, seperti halnya yang dialami Muga dhambi. Untungnya, "kami tidak menemukan bukti penyakit atau pemutihan karang" pada Muga dhambi, kata Smith dan rekan-rekan.
Smith dan rekan-rekan penelitinya juga telah berkonsultasi orang-orang Manbarra selaku penjaga dan pemilik tradisional wilayah tempat karang itu ditemukan. Orang-orang Manbarra berpesan agar karang itu disebut dengan nama Muga dhambi untuk mengkomunikasikan pengetahuan, bahasa, dan budaya tradisional mereka kepada para penduduk asli lainnya, wisatawan, ilmuwan, maupun pelajar.
Source | : | The Conversation,Scientific Reports |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR