Sebagian besar pola masyarakat di masa itu adalah pemburu-pengumpul yang mengandalkan makanan dengan daging. Wang dan rekan-rekannya berpendapat, bir ini digunakan masyarakat Qiaotou kuno sebagai minuman penting ritual, mengingat unsur beras dalam kendi yang ditemukan sebagai gambaran betapa sulitnya pemanenan beras dan membutuhkan tenaga.
Tetapi, meningat artefak di Qiaotou ini berada di sekitar daerah makam kuno, para peneliti menyimpulkan bahwa kendi bir ini digunakan dalam upacar ritual yang berkaitan dengan penguburan jenazah.
Dalam spekulasinya, ritual minum itu kemungkinan merupakan bagian integral dalam hubungan sosial dan kerja sama, yang berfungsi sebagai pendahulu masyarakat pertanian yang kompleks pada 4.000 tahun setelahnya.
Terkait residu jejak jamur pada kendi, diyakini sebagai bahan penggunaan proses pembuatan bir. Jamur pada kendi ini sangat mirip dengan jamur yang ada di koji atau bahan untuk membuat sake dan minuman fermentasi beras lainnya dalam kebudayaan Asia Timur.
Baca Juga: Pabrik Bir Tertua di Dunia Ditemukan di Mesir, Pasok Kebutuhan Ritual
Secara teknis, bir sebagai minuman fermentasi sejatinya menggunakan tanaman melalui proses transformasi dua tahap. Pada fase pertama, enzim mengubah pati menjadi gula, atau sakarifikasi. Kemudian dalam tahap kedua, ragi mengubah gula menjadi alkohol dan zat lain seperti karbon dioksida (proses fermentasi).
Jamur pada pot ini sendiri berperan sebagai bahan dalam kedua proses tersebut, dengan fungsinya sebagai pemicunya.
Para peneliti menulis, temuan ini mendahului penelitian sebelumnya yang memaparkan bahwa jamur digunakan sebagai fermentasi pada 8.000 tahun yang lalu di Tiongkok.
"Kami tidak tahu seperti apa masyarakat orang cetakan 9.000 tahun yang lalu, karena penjamuran juga dapat terjadi secara alami,” kata Wang. "Jika orang-orang itu memiliki sisa beras dan biji-bijian menjadi berjamur, mereka mungkin telah memperhatikan bahwa biji-bijian menjadi lebih manis dan beralkohol seiring bertambahnya usia.
"Sementara mereka mungkin tidak mengetahui biokimia yang terkait dengan biji-bijian yang menjadi berjamur, mereka mungkin mengamati proses fermentasi dan memanfaatkannya lewat coba-coba," terkanya.
Baca Juga: Bukan Roti, Nenek Moyang Manusia Mengolah Gandum untuk Membuat Bir
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR