Pada 1907, atas pertimbangan keuangan, cakupan wilayah dan sinkronisasi program, maka Proefstation Suikerret in West-Java dan Proefstation Oost-Java digabung menjadi Proefstation voor de Java-suikerindustrie yang berkantor tetap di Pasuruan. Tujuan lembaga ini adalah memberikan bantuan dan saran dengan cakupan yang lebih luas kepada industri gula Hindia Belanda, bersifat organisasi non-profit yang dibiayai oleh kontribusi anggotanya.
Setelah empat puluh tahun dalam cengkraman wabah sereh, akhirnya ”Proefstation voor de Java-suikerindustrie” Pasuruan berhasil menemukan klon tebu baru berkode POJ 2878 pada 1921. Sebuah kesuksesan besar untuk industri gula di Jawa dan negara-negara penghasil gula di dunia. Varietas ini tidak hanya tahan terhadap serangan hama Sereh, melainkan juga punya tingkat produktifitas lebih tinggi dibandingkan temuan sebelumnya.
Keunggulan lain, ”Si Wonder Cane” ini dinilai baik sebagai tanaman induk (parent material). Pada akhir 1920-an, hampir 200 ribu hektare perkebunan tebu di Jawa menggunakan variatas baru ini.
Tahun-tahun berikutnya varietas POJ 2878 asal Pasuruan ini telah menyebar ke perkebunan tebu di penjuru dunia. Sebuah catatan melaporkan, klon tebu asal Pasuruan ini mulai diperkenalkan di Karibia dan Lousiana pada 1924 yang menyelamatkan industri gula mereka dari serangan hama Sereh.
Pada 1930-33 varietas POJ 2878 telah bersemai di sisi barat laut Amerika Selatan, Columbia. Sampai hari ini perkebunan-perkebunan tebu Columbia masih mengadopsi hasil pemuliaan tebu asal Pasuruan.
Di belahan bumi yang lain, hasil pemuliaan POJ banyak pula diadopsi oleh negara-negara penghasil gula, sebagai contoh pada 1935 di Vietnam. Negara tersebut mulai menggunakan hasil pemuliaan tebu POJ 3016 yang kala itu mampu menghasilkan 18 ton gula per hektare.
Di sinilah untaian asal-usul tanaman tebu yang telah dikembangkan di dunia berasal. Pasuruan memang kota kecil yang punya kenangan semanis tebu bagi dunia, juga kota yang mulia berkat pemuliaan tanaman tebunya. Namun, kini ukiran namanya dalam kaleidoskop sejarah Indonesia telah dilupakan orang. Pasuruan, kapan kau mengguncang dunia lagi?
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR