Nationalgeographic.co.id—Pada awal abad ke-20, nama Pasuruan telah ditulis dengan tinta emas dalam sejarah gula Hindia Belanda—bahkan dunia. Kota ini pun melegenda.
Lima belas tahun setelah berakhirnya dera Cultuur Stelsel. Suatu hari, seorang inspektur kepala pertanian zaman Hindia Belanda bernama Dr. IHF Sollewijn Gelpke tengah serius menuangkan gagasan pada lembaran-lembaran kertas di meja kerjanya. Suatu awal perubahan besar dalam sejarah perkebunan tebu di Jawa dan dunia sedang disiapkan. Pasuruan menjadi takdirnya.
Kami meniti sebuah bilangan di pemukiman lama di tengah Kota Pasuruan. Tibalah di sisi depan sebuah gedung dengan dekorasi kaca dalam bingkai busur dan susunan batu granit di sekeliling dindingnya. Di bagian teras samping terlihat deretan bola-bola lampu cantik masih berfungsi sebagai penerang. Ini adalah sebuah gedung yang dibangun kembali di penghujung dekade 1940-an menggantikan gedung lama yang dibakar massa saat Agresi Militer pertama.
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR