Amerika Serikat, Kamis (3/7), menentang seruan pemimpin Kurdi Irak tentang referendum kemerdekaan. AS mengatakan, Irak hanya bisa mengusir kelompok radikal yang menyebut dirinya Negara Islam Irak dan Suriah (atau ISIS) jika tetap bersatu.
Massud Barzani, pemimpin daerah otonom Kurdi, sebelumnya mengatakan kepada parlemen untuk membuat persiapan bagi sebuah "referendum tentang penentuan nasib sendiri." Namun Gedung Putih, yang telah bekerja di belakang layar mencoba meyakinkan para pemimpin Sunni, Syiah, dan Kurdi Irak untuk membentuk pemerintahan bersama di Baghdad, menyambut dingin atas ide itu.
"Faktanya adalah kami tetap percaya bahwa Irak lebih kuat jika bersatu," kata juru bicara Gedung Putih Josh Earnest. "Itulah sebabnya Amerika Serikat terus mendukung Irak yang demokratis, pluralistik dan bersatu, dan kami akan terus mendesak semua pihak di Irak untuk terus bekerja bersama menuju tujuan tersebut."
Wakil Presiden AS Joe Biden kemudian bertemu kepala staf Barzani, yaitu Fuad Hussein di Gedung Putih, dan mengatakan kepada delegasi Kurdi itu tentang "pentingnya pembentukan pemerintahan baru di Irak yang akan bekerja sama dengan semua masyarakat" demi memerangi ISIS, kata pernyataan Gedung Putih.
Biden juga berbicara tentang derita Irak dalam pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan. Pembicaraan dengan Erdogan itu merupakan bagian dari upaya Washington membangun dukungan di kalangan pemain utama di wilayah itu untuk membentuk pemerintahan bersama Irak.
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR