Kalau mau menikmati salah satu atmosfer sepak bola terbaik di dunia, datanglah ke Inggris. Di sana tersaji pertandingan spektakuler dengan suasana meriah di dalam stadion. Penonton terus bersorak dan bernyanyi menyemangati tim yang didukung. Hampir dipastikan, stadion terasa semarak.
Kemeriahan di sepak bola Inggris bisa tercipta karena stadion hampir selalu penuh. Sangat jarang stadion di sana kosong tanpa terisi penonton. Di Eropa, tingkat okupansi penonton di dalam stadion pada pertandingan Premier League hanya kalah dari Bundesliga 1 di Jerman.
Suasana seperti itu tidak hadir tiba-tiba. Masyarakat Inggris sudah mencintai sepak bola sejak lama. Bisa dikatakan budaya untuk menonton pertandingan telah terbentuk.
Perkembangan budaya menonton sepak bola di Inggris mulai tumbuh sejak Revolusi Industri yang terjadi pada 1800-an. Industrialisasi yang tumbuh di sana mendorong kehadiran masyarakat kelas pekerja dan urbanisasi. Masyarakat dari daerah berbondong-bondong datang ke kota-kota besar seperti London, Liverpool, dan Manchester untuk bekerja. Merekalah yang akhirnya menjadi kelas pekerja.
Beragam alasan mulai dari kemudahan memainkan dan waktu pertandingan yang tidak terlalu lama membuat sepak bola dicintai kelas pekerja. Mereka pula yang akhirnya mengembangkan dan memopulerkan sepak bola di Inggris. Lihat saja buktinya. Beberapa klub Inggris dibentuk oleh para pekerja industri misalnya West Ham United yang didirikan oleh pekerja di Thames Ironworks dan Arsenal yang dibentuk oleh para pegawai Royal Arsenal.
Hasrat Menjadi Komunitas
Budaya menonton pertandingan di stadion tumbuh berkat perasaan senasib. Masyarakat kelas pekerja tersebut sebagian besar adalah kaum urban. Mereka datang dari berbagai daerah yang berbeda dan menetap di kota besar untuk bekerja.
Akan tetapi, manusia memiliki hasrat besar untuk berkomunitas. Naluri serupa dirasakan oleh kaum urban baru di Inggris yang kebanyakan merupakan kelas pekerja. Maka, mereka mencari satu hal yang bisa menjadi dasar ikatan sosial di antara mereka. Sepak bola yang populer terpilih sebagai pemersatu. Mereka menjadikannya sebagai pengikat dalam hubungan sosial karena dirasa mampu memberikan hal yang mereka butuhkan.
"Bagi penonton, sepak bola menawarkan pengalaman komunal yang menakjubkan. Massa di dalam stadion berbagi perasaan sebagai satu komunitas dan bahkan satu identitas kelas sosial. Penonton dan klub akhirnya membentuk identitas diri sebagai satu kota," kata sejarawan asal Universitas Swansea, Martin Johnes.
Sejak saat itu, budaya menonton sepak bola ke dalam stadion berkembang pesat. Namun, orang-orang datang ke stadion bukan hanya sekadar untuk menikmati pertandingan. Di balik itu, mereka ingin berbagi perasaan sebagai satu komunitas.
Tidak mengherankan, stadion-stadion di Inggris jarang kosong. Para penonton sebisa mungkin akan hadir untuk menunjukkan diri mereka sebagai bagian dari sebuah komunitas.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR